REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah riwayat, dikisahkan pertemuan antara Nabi Khidir alaihissalam dan Dajjal. Kisah ini diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri RA, dan ada dalam kitab kumpulan hadits Shahih Muslim.
Abu Said Al Khudri berkata bahwa suatu kali Nabi Muhammad SAW menceritakan kepada para sahabat tentang suatu kisah yang panjang tentang Dajjal. Nabi SAW bercerita, Dajjal datang tapi terlarang memasuki Madinah.
Karena tidak bisa masuk Madinah, Dajjal berhenti di sebuah kebun di pinggir kota. Pada hari itu, datanglah seorang laki-laki, kemudian berkata, "Aku memastikan bahwa engkau adalah Dajjal yang diceritakan Rasulullah SAW kepada kami."
Dajjal kemudian berkata kepada pengikutnya, "Apa pendapat kalian tentang orang ini? Kalau kubunuh orang ini, aku bisa menghidupkannya kembali. Kalian meragukan itu?" Pengikutnya menjawab, "Tentu tidak."
Lelaki itu pun dibunuh, lalu dihidupkan kembali. Setelah hidup kembali, lelaki itu berkata kepada Dajjal, "Demi Allah! Sekarang aku semakin yakin bahwa engkau sesungguhnya adalah Dajjal."
Dajjal kemudian hendak membunuhnya kembali tetapi tidak mampu melakukannya lagi. Abu Ishaq berkata, "Lelaki itu adalah Nabi Khidir 'alaihissalam." (HR Muslim)
Bagi seorang Muslim, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar terlindungi dari fitnah Dajjal. Dalam berbagai hadist, disebutkan beberapa amalan yang dapat membuat seorang Mukmin terhindar dari fitnah Dajjal. Pertama, memasuki salah satu haramain, Makkah atau Madinah karena Dajjal tidak akan masuk ke sana selamanya.
Kedua, memasuki Masjid Al Aqsa atau Gunung Thur. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Dajjal juga tidak akan memasukinya. Ketiga, menghafal sepuluh ayat permulaan surat Al-Kahfi dan membacanya ketika Dajjal keluar dan saat mendekatinya. Keempat, lari darinya dan mendaki gunung dan gurun karena kebanyakan Dajjal memasuki kota-kota dan perkampungan.
Kelima, meludahi wajahnya apabila bertemu. Dalam riwayat disebutkan, Abu Umamah RA berkata, "Rasulullah SAW membicarakan tentang Dajjal. Beliau bersabda, "Siapa di antara kalian berjumpa dengannya, hendaknya ia meludahi wajahnya." (HR Thabrani)
Keenam, memperbanyak bacaan tasbih, tahlil, dan takbir. Bacaan itu merupakan bekal dan makanan bagi orang mukmin dalam menghadapi ujian dan gizi baginya pada saat paceklik tersebut.
Seorang Muslim yang diuji dengannya, hendaknya bersabar, teguh, dan mengucapkan: Hawqalah La haula wa la guwwata illa billah (tiada daya dan upaya kecuali dari Allah SWT).