Ahad 16 Apr 2023 08:41 WIB

Produk Halal di Jepang Makin Dicari, Impor Asal RI Naik 200 Persen

Kenaikan impor produk pangan RI secara keseluruhan melonjak 140-200 persen.

Rep: Muhyiddin/ Red: Lida Puspaningtyas
Salah satu restoran halal di Jepang
Foto: Dailyjapan
Salah satu restoran halal di Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia dan Jepang terus berkolaborasi dalam industri halal. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis menyampaikan, produk halal Indonesia kini lebih mudah masuk Jepang.

"Di Jepang, sertifikat halal standar MUI sudah diterima. Jadi, jika para pelaku UMKM sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI, maka sangat mudah masuk ke pasar Jepang," kata Kiai Cholil kepada Republika.co.id, Ahad (16/4/2023).

Baca Juga

Dia menuturkan, produk makanan dan minuman halal Indonesia tidak hanya akan menyasar 200 ribu imigran muslim di Jepang. Sebab kata importir Indonesia di Jepang, kenaikan impor produk pangan asal RI secara keseluruhan melonjak 140-200 persen selama pandemi Covid-19.

Produk halal Indonesia memiliki kontribusi sekitar dua persen dari seluruh impor Jepang dari RI. Melihat tren makanan halal yang semakin diminati di Jepang karena banyaknya imigran yang datang dari negara Islam di dunia ke sana tak terkecuali dari imigran Indonesia, menjadikan peluang besar ekspor makanan halal dari Indonesia ke Jepang.

"Adapun hal yang diperlukan Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk halal ke pasar Jepang adalah akses informasi pasar, dan compliance dengan regulasi terkait industri mamin di Negeri Sakura," jelas Kiai Cholil.

Sebagaimana diketahui, ekspor makanan dan minuman Indonesia ke Jepang pada 2019 tercatat mencapai 350 juta dolar AS dan turun menjadi 327 juta dolar AS pada 2020. Sementara itu, pada Januari–Mei 2020, ekspor makanan dan minuman ke Jepang mencapai 131 juta dolar AS. Tahun ini turun menjadi 9,8 persen menjadi 119 juta dolar AS.

"Secara global, industri makanan halal Indonesia menduduki posisi empat di bawah Malaysia, Singapura, dan Uni Emirat Arab. Aneh lagi, Indonesia masuk ke dalam top 5 halal food consumer, bukan sebagai top 5 exporting country for halal food," tutupnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement