Ahad 16 Apr 2023 23:08 WIB

Komunitas Internasional Kecam Eskalasi di Sudan 

Arab Saudi meminta faksi yang bertikai mengedepankan dialog.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ferry kisihandi
Asap mengepul di atas kota saat tentara dan paramiliter terlibat bentrok dalam perebutan kekuasaan, di Khartoum, Sudan, Sabtu (15/4/2023).
Foto: Instagram @lostshmi via REUTERS
Asap mengepul di atas kota saat tentara dan paramiliter terlibat bentrok dalam perebutan kekuasaan, di Khartoum, Sudan, Sabtu (15/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Komunitas internasional mengutuk eskalasi kekerasan di Ibu Kota Sudan, Khartoum. Tembakan dan ledakan hebat meletus setelah beberapa hari ketegangan antara angkatan bersenjata dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF).

Dilaporkan Aljazirah, Sabtu (15/4/2023), komunitas internasional mengecam kekerasan dan menyerukan ketenangan. 

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan situasi di Sudan rapuh. Tetapi dia menegaskan masih ada kesempatan untuk menyelesaikan transisi ke pemerintahan yang dipimpin sipil.

 “Kami mendesak semua aktor segera menghentikan kekerasan dan menghindari eskalasi lebih lanjut atau mobilisasi pasukan dan melanjutkan pembicaraan untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan,” kata Blinken.

Sebelumnya, Duta Besar AS untuk Sudan John Godfrey mengatakan, dia berlindung di tempat yang aman. “Eskalasi ketegangan dalam komponen militer untuk pertempuran langsung sangat berbahaya. Saya mendesak para pemimpin militer senior menghentikan pertempuran." 

Uni Emirat Arab (UEA) juga mendesak semua pihak di Sudan untuk menahan diri, mengurangi ketegangan, dan mengakhiri krisis melalui dialog. Kantor berita negara WAM, melaporkan, Kedutaan Besar UEA di Khartoum menegaskan pentingnya deeskalasi.

Prancis menyuarakan keprihatinan mendalam atas pecahnya pertempuran di Sudan. Prancis meminta faksi militer yang bertikai di Khartoum melakukan segala upaya untuk menghentikan kekerasan.

Sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk pecahnya pertempuran dan menyerukan ketenangan. Juru bicara Guterres, Stephane Dujarric mengatakan, peningkatan eskalasi akan berdampak buruk bagi warga sipil.

 “Sekretaris Jenderal meminta para pemimpin RSF dan militer Sudan segera menghentikan permusuhan, memulihkan ketenangan.Setiap eskalasi lebih lanjut dalam pertempuran akan berdampak buruk pada warga sipil,” ujar Dujarric.

Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly meminta para pemimpin militer menahan pasukan mereka dan mengurangi ketegangan. Inggris menyerukan kepemimpinan Sudan untuk mengurangi ketegangan agar mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.

Senada dengan Inggris, Qatar mendesak semua pihak mengakhiri pertempuran dan menyelesaikan perbedaan melalui dialog. Kedutaan Rusia di Sudan mengatakan prihatin dengan peningkatan kekerasan di Sudan. Rusia menyerukan gencatan senjata dan negosiasi. 

Mesir menyatakan keprihatinan mendalam atas bentrokan yang sedang berlangsung di Sudan dan meminta semua pihak menahan diri. Sedangkan  Arab Saudi meminta faksi yang bertikai mengedepankan dialog ketimbang konflik. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement