REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) menawarkan untuk membayarkan tunjangan bagi para anak muda kesepian. Mereka diminta keluar dari rumah dan bergaul kembali di masyarakat guna mendukung stabilitas psikologis dan emosional serta pertumbuhan yang sehat.
Melansir laman CNN International, Senin (17/4/2023), Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korsel pekan ini mengumumkan akan memberikan hingga 650 ribu won atau sekitar Rp7,3 juta tiap bulan untuk para anak muda yang selalu di rumah saja. Hal ini dikatakan guna mendukung stabilitas psikologis dan emosional serta pertumbuhan yang sehat.
Menurut data yang dihimpun Institut Korea untuk Urusan Kesehatan dan Sosial, sekitar 3,1 persen orang Korea berusia 19 hingga 39 tahun adalah anak muda kesepian yang tertutup. Diksi itu didefinisikan sebagai mereka yang tinggal di ruang terbatas, dalam keadaan terputus dari luar selama lebih dari jangka waktu tertentu, dan mengalami kesulitan nyata dalam kehidupan normal.
Ini berarti sekitar 338 ribu orang di seluruh negeri, dengan 40 persen dari mereka memulai menutup diri di masa remaja. Berbagai faktor dianggap berperan, termasuk kesulitan keuangan, penyakit mental, masalah keluarga atau tantangan kesehatan.
Langkah-langkah baru ini secara khusus menargetkan kaum muda sebagai bagian dari Undang-Undang Dukungan Kesejahteraan Pemuda yang lebih besar. Tujuannya, yaitu mendukung orang-orang yang sangat tertutup dari masyarakat, serta kaum muda tanpa wali atau perlindungan sekolah yang berisiko kenakalan.
Tunjangan bulanan akan tersedia untuk anak muda penyendiri berusia 9 hingga 24 tahun yang tinggal di rumah tangga berpenghasilan di bawah rata-rata pendapatan nasional. Angka rata-rata tersebut sekitar 5,4 juta won (sekitar 4.165 dolar AS) per bulan untuk rumah tangga yang terdiri dari empat orang. Kaum muda dapat mendaftar untuk program tersebut di pusat kesejahteraan administratif setempat; wali, konselor, atau guru mereka juga dapat mengajukan permohonan atas nama mereka.
"Pemuda yang tertutup dapat memiliki pertumbuhan fisik yang lebih lambat karena gaya hidup yang tidak teratur dan nutrisi yang tidak seimbang, dan kemungkinan besar akan menghadapi kesulitan mental seperti depresi karena kehilangan peran sosial dan adaptasi yang tertunda," kata Kementerian tersebut.
Pemerintah juga menekankan pentingnya “dukungan aktif". Laporan pada Selasa pekan lalu merinci beberapa studi kasus, termasuk seorang siswa muda yang menderita masalah kesehatan mental dan kesulitan bersosialisasi sejak remaja. Dia berjuang untuk menyesuaikan diri dengan perguruan tinggi, akhirnya memilih untuk tidak hadir, dan menarik diri lebih jauh ke dalam dirinya sendiri.
Siswa lain menghadapi kekerasan dalam rumah tangga dan kelaparan di rumah sehingga membuatnya sulit untuk meninggalkan rumah atau menjalin hubungan dengan orang-orang di luar. Laporan tersebut juga merinci rencana masa depan untuk tindakan lebih lanjut, seperti mendistribusikan pedoman kepada pemerintah daerah, meningkatkan jaring pengaman sosial remaja dan sistem deteksi dini, dan bekerja lebih erat dengan fasilitas kesejahteraan remaja seperti tempat penampungan atau pusat rehabilitasi.
Beberapa kota dan pemerintah daerah sudah memiliki sistem serupa. Seoul, ibu kota negara, memiliki “Proyek Dukungan Pemuda Tertutup” yang menyediakan konseling kesehatan mental, pengembangan hobi dan pelatihan kerja, serta pembinaan kehidupan bagi kaum muda yang terisolasi. Fenomena ini tidak unik di Korea Selatan.
Jepang memiliki masalah yang sama, dengan hampir 1,5 juta orang muda penyendiri yang kesepian, yang dikenal sebagai hikikomori. Beberapa keluar hanya untuk membeli bahan makanan atau untuk kegiatan sesekali, sementara yang lain bahkan tidak meninggalkan kamar mereka.