REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Delegasi senior yang mewakili gerakan perlawanan Palestina, Hamas akan mengunjungi Arab Saudi setelah hubungan keduanya menurun selama bertahun-tahun. Menurut laporan surat kabar Al-Resalah, delegasi yang terdiri dari Kepala Biro Politik Ismail Haniyeh, bersama wakilnya Saleh Al-Arouri dan kepala kantor diaspora Hamas, Khaled Mashaal akan berada di Saudi untuk menunaikan umroh.
Namun, Hamas tidak mengesampingkan pertemuan dengan pejabat Saudi. Surat kabar Al-Araby Al-Jadeed, yang mengutip seorang sumber informasi melaporkan bahwa delegasi Hamas tiba di Arab Saudi pada Ahad (16/4/2023). Haniyeh juga akan didampingi oleh wakil kepala biro politik luar negeri Mousa Abu Marzouk dan Zaher Jabarin yang bertanggung jawab untuk urusan tahanan.
Dilaporkan Middle East Monitor, Ahad (17/4/2023), ada spekulasi bahwa setiap pertemuan dengan pejabat Saudi, akan mengarah pada pemulihan potensial hubungan antara Riyadh dan Hamas, yang memburuk pada 2007. Hubungan kedua pihak memburuk setelah pemerintah Saudi menyalahkan Hamas atas kegagalan Perjanjian Makkah yang ditandatangani oleh Hamas dan Fatah. Perjanjian ini mengakhiri pertikaian antara kedua faksi di Jalur Gaza setelah kemenangan partai sebelumnya pada pemilu 2006.
Hubungan semakin mandek pada 2019, setelah Saudi menangkap puluhan aktivis dan anggota, termasuk mantan perwakilan Mohamed Al-Khodari yang dibebaskan pada Oktober tahun lalu. Setelah dua warga Palestina dibebaskan dari penjara Saudi pada Februari, Hamas menyatakan rekonsiliasi dengan Saudi.
"Kami menegaskan keinginan kami untuk menjalin hubungan positif dengan saudara-saudara kami di Arab Saudi dan semua negara persaudaraan dalam melayani perjuangan Palestina dan bangsa Arab dan Islam kami," ujar pernyataan Hamas.
Kedatangan anggota senior Hamas di kerajaan terjadi setelah Arab Saudi setuju untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Iran, dan pertemuan resmi dengan pemerintah pimpinan Houthi di Ibu Kota Yaman, Sanaa.