REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, negara itu akan dengan tegas mengambil langkah-langkah melawan terorisme. Dia menyatakan pada Ahad (16/4/2023), tidak akan membiarkan aktor global atau regional mana pun membahayakan keamanan Ankara.
"Teror adalah momok terbesar yang ditimbulkan kaum imperialis di Turki," kata Erdogan pada jamuan buka puasa di tenggara Provinsi Sanliurfa dikutip dari Anadolu Agency.
Erdogan mengatakan, keamanan nasional Turki dimulai dari luar perbatasannya. Dia menekankan, negaranya tidak dapat tenang jika perdamaian tidak dijamin di wilayah tersebut.
"Kita tidak akan pernah aman selama ada teroris yang dilengkapi dengan kekuatan udara, kekuatan darat dan senjata asimetris di Suriah utara dan Irak," ujar Erdogan.
Pernyataan Erdogan ini merujuk kepada kelompok Kurdistan Workers’ Party (PKK) dan People’s Protection Units (YPG) yang telah berseteru dengan Turki lebih dari 35 tahun. Kelompok ini terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa
PKK memiliki tempat persembunyian di Irak utara, melintasi perbatasan Turki. Mereka jua bersembunyi di Suriah utara, dekat perbatasan Turki.
Sejak 2016, Ankara meluncurkan tiga operasi antiteror yang melintasi perbatasan di Suriah utara yang diklaim untuk mencegah pembentukan koridor teror dan memungkinkan penyelesaian damai penduduk. Operasi ini meliputi Euphrates Shield (2016), Olive Branch (2018), dan Peace Spring (2019).