Senin 17 Apr 2023 17:55 WIB

Upaya Memperkuat Ekonomi Masyarakat Ponpes Terus Dilakukan di Kediri

Kegiatan itu digelar di lingkungan Pondok Pesantren Al Falah Mojosari.

Pelatihan ketahanan pangan di Pondok Pesantren Al Falah Mojosari, Desa Karangtalun, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur,  akhir pekan kemarin.
Foto: Dok. Web
Pelatihan ketahanan pangan di Pondok Pesantren Al Falah Mojosari, Desa Karangtalun, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, akhir pekan kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Iklim itu sangat cocok untuk membudidayakan berbagai tanaman, salah satunya pisang. Pisang juga menjadi buah favorit masyarakat Indonesia. Merujuk data BPS 2021, pisang merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi yakni rata-rata 24,71 gram/kapita/hari.

Melihat potensi itu, Gus-Gus Nusantara (GGN) Jawa Timur menyerahkan bibit pohon pisang serta mengedukasi kalangan pesantren dan warga setempat cara penanaman yang baik dan benar.

Baca Juga

Kegiatan itu digelar di lingkungan Pondok Pesantren Al Falah Mojosari, Desa Karangtalun, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur,  akhir pekan kemarin. 

"Kami mengadakan pelatihan tata cara menanam bibit pohon pisang yang baik dan benar. Ini juga supaya pisang buahnya lebih besar dan cengkehannya juga banyak," ucap Koordinator Wilayah (Koorwil) GGN Jatim, Gus Alwy Hasan.

Pihaknya  mendorong ketahanan pangan serta menumbuhkan perekonomian masyarakat setempat dengan pisang. 

Pohon pisang memiliki banyak sekali manfaat. Tak hanya dari buahnya, bahkan daun maupun batangnya memiliki manfaat yang penting untuk kehidupan manusia. 

"Jenis (yang diberikan) pisang ambon dan pisang rojo (raja). Kenapa kami pilih pisang ambon, karena ini lebih bisa dinikmati oleh masyarakat luar baik masyarakat arus bawah dan masyarakat arus atas," kata Gus Alwy.

"Ini yang kami tanam pisang ambon jenis sunkis yang bisa masuk ke swalayan-swalayan. Tujuan kami ya supaya meningkatkan taraf perekonomian di lingkungan pesantren sini," kata Gus Alwy.

Gus Muhibul Fauzi (30 tahun) selaku pengasuh Ponpes Al Falah Mojosari menyambut baik bantuan bibit dan pelatihan menanam pohon pisang.Dia berharap setelah pohon pisang ini tumbuh dapat dimanfaatkan para santri maupun masyarakat setempat menjadi ladang bisnis dengan berbagai produk olahan untuk menambah nilai jual.

"Ini suatu terobosan yang bagus bagaimana untuk ke depannya kalau santri itu ndak harus ilmu dengan pinter dengan kitab atau pun pinter dengan ilmiah juga seperti nanam pohon seperti itu," ucap Gus Muhibul.

Ini bukan kali pertama ikhtiar GGN Jatim dalam membantu santri-santri di Ponpes. Sebelumnya, mereka juga menyerahkan bantuan material untuk pembangunan asrama santri Pondok Pesantren (Ponpes) Bait At-Taqwa Trenggalek.

Gus Alwy Hasan mengatakan, bantuan tersebut diberikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kenyamanan di lingkungan pesantren.

"Kami terdorong untuk memberikan sedikit bantuan kepada Pondok Bait At-Taqwa ini, karena pondok yang digunakan untuk menggembleng para santri yang sesuai dengan aqidah Ahlussunah Wal Jamaah. Sehingga GGN terus memperhatikan konstruksi bangunan yang ada di ponpes," kata dia, demikian dilansir dari Antara

 

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement