REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Sabang memang terkenal dengan bawah laut yang merupakan potensi wisata kelas dunia. Sebab itu, pelestarian terumbu karang masih harus terus dilakukan secara berkelanjutan.
Menurut Penjabat Wali Kota Sabang, Provinsi Aceh Reza Fahlevi, wisata diving Sabang sudah kembali tumbuh di pulau paling barat Indonesia itu pasca-pandemi. Apalagi dengan dibukanya penerbangan internasional Banda Aceh-Kuala Lumpur, yang menyiapkan pintu bagi turis asing untuk kembali bisa menyelam di Pulau Weh.
"Diving itu punya wisatawan setia, yang sudah pernah datang, ya datang lagi, untuk cari tempat-tempat menyelam baru," kata Reza.
Ia juga mengajak penanaman terumbu karang di laut Sabang tidak berhenti dan dilakukan terus menerus mengingat karang-karang di Sabang sudah banyak yang rusak. Kelestarian biota laut menjadi potensi utama bagi Sabang untuk menjual keindahan bahari bagi pecinta selam di 22 titik selam.
Di sisi lain, Pemerintah Aceh dan Kota Sabang gencar melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengundang wisatawan. Salah satunya seperti Sabang Marine Festival 2023 dengan mengangkat potensi bahari dan budaya Pulau Weh.
Festival itu berlangsung pada medio Maret lalu, bekerja sama dengan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
Ke depan akan ada Iboih Festival, Sabang Bay Festival, Aceh Sabang Musik Camp, Festival Gampong Ie Meulee, Anoi Itam Village Festival, Jaboi Village Festival, Sabang Thriathlon, dan Weh Ocean Festival.
Sabang memiliki kekayaan bahari yang begitu luas. Keindahan bawah laut Sabang juga tidak kalah dengan daerah-daerah lain di Indonesia seperti Raja Ampat, Wakatobi, Labuan Bajo, Ternate, Bali, dan Lombok.
Hanya saja, dibutuhkan kolaborasi yang kuat dari pemerintah daerah hingga pemerintah pusat untuk mengembangkan potensi pariwisata Sabang agar makin terkenal di penjuru dunia sehingga menghadirkan banyak wisatawan.