REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia mengatakan, hampir semua pengusaha di Eropa bertanya terkait siapa pemimpin Indonesia berikutnya setelah kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) berakhir pada 2024. Pertanyaan itu disampaikan oleh para investor untuk mengetahui komitmen pemerintah Indonesia selanjutnya dalam hal iklim investasi.
"Ya mereka percaya sama Indonesia, tapi hampir semua pengusaha di Eropa, di mana saja, nanya siapa the next yang akan memimpin Indonesia? Apakah masih sama komitmennya dengan Bapak Presiden Jokowi atau tidak. Itu memang jadi pertanyaan untuk kita," ujar Bahlil dalam keterangannya usai mendampingi Jokowi bertemu pemimpin perusahaan Eropa di Hannover, Jerman, dikutip di Jakarta pada Senin (17/4).
Bahlil mengatakan, pemimpin berikutnya harus mampu bekerja sama dan meyakinkan para investor bahwa iklim investasi Indonesia ke depannya akan baik-baik saja. Menurut dia, hal itu menjadi tantangan bagi setiap pemimpin berikutnya.
"Saya pikir kita harus mampu bekerja sama, mampu meyakinkan para investor bahwa Indonesia ke depan akan baik-baik saja, artinya siapa pun pemimpinnya, tapi itu adalah tantangan ke depan yang harus kita hadapi bersama," jelasnya.
Meski begitu, Bahlil menyampaikan, tidak bisa memberikan harapan palsu kepada para investor. Namun ia menegaskan, komitmen Presiden Jokowi untuk menjaga iklim investasi masih terus berlanjut, terutama dalam hal hilirisasi.
"Satu hal yang saya yakinkan bahwa sampai dengan sekarang itu Bapak Presiden Jokowi sangat konsisten dan kontinyu dalam rangka menjaga investor dari semua negara dan terutama di bagian hilirisasi, khususnya di ekosistem EV baterai," kata Bahlil.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menggelar pertemuan bisnis dengan tiga pemimpin perusahaan Eropa di Hotel Kastens Luisenhoff, Hannover, Jerman, pada Ahad (16/4). Adapun ketiga perusahaan tersebut adalah BASF, Eramet, dan Volkswagen melalui PowerCo.
Dalam pertemuan tersebut, pemimpin perusahaan BASF menyampaikan akan melakukan investasi dalam pembangunan ekosistem baterai mobil di Maluku Utara. Nantinya, BASF akan bekerja sama dengan perusahaan Prancis, Eramet, untuk menciptakan ekosistem tersebut dengan menerapkan praktik usaha yang memperhatikan ESG (environment, social and government) lingkungan dan menggunakan energi hijau.
"BASF menyampaikan secara langsung minat investasinya kepada Bapak Presiden Jokowi untuk melakukan investasi di Maluku Utara dalam rangka pembangunan ekosistem baterai mobil yang kurang lebih investasinya sekitar 2,6 miliar dolar AS," jelas Bahlil.