REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama Ramadhan, umat Islam menjalankan ibadah puasa yang ketat dari fajar hingga petang, waktu antara sahur dan berbuka biasanya berkisar antara 12 hingga 15 jam. Ini terbukti dapat berdampak pada pengidap diabetes atau orang dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol, yang diharuskan untuk makan tepat waktu.
Lalu, apakah pengidap diabetes dianjurkan untuk menjalankan puasa penuh setiap hari? Dikutip dari Indian Express, Selasa (18/4/2023), praktisi kesehatan fungsional dan pendiri Peak Performers Club, Devayani Vijayan, mengatakan pengidap diabetes harus selalu mengunjungi dokter mereka sebelum memulai puasa.
"Baik juga untuk menetapkan pedoman yang jelas atau bagan diet dalam meminimalkan risiko fluktuasi gula darah. Dokter yang merawat mungkin juga mengubah waktu pemberian obat karena waktu makan akan menjadi berbeda," kata Devayani.
Pendiri The Health Pantry, ahli gizi dan pendidik diabetes, Khushboo Jain Tibrewala, menyebut puasa Ramadhan sangat baik untuk pengidap diabetes tipe 2 karena orang dapat beralih dari keadaan dominasi insulin dengan makan hanya satu kali sehari. Ia mengatakan mengingat Ramadhan adalah puasa selama sebulan, pentingnya untuk memikirkan asupan nutrisi.
"Saya telah melihat kasus di mana klien diabetes kami melihat peningkatan besar dalam kontrol glukosa mereka dengan berpuasa selama Ramadhan, dengan sedikit lebih sadar dalam pilihan makanan," kata Tibrewala.
Bagi pengidap diabetes, puasa memang disertai dengan beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Perhatikan arahan para ahli berikut ini:
* Penting untuk makan makanan dengan indeks glikemik (GI) rendah. Artinya, makanan itu harus memiliki kombinasi protein, lemak alami, serat, dan sereal seperti nasi, roti, dan lainnya. Devayani mengatakan bahwa makanan dengan GI rendah menyebabkan pelepasan glukosa secara lambat.
"Karbohidrat padat nutrisi, pelepasan lambat seperti lentil, semur, makanan gandum utuh, gandum gulung, bubur quinoa, kacang-kacangan, sayuran berserat tinggi, dan lainnya itu jauh lebih baik daripada karbohidrat sederhana atau olahan seperti tepung putih, minuman gula tinggi, keripik, biskuit, dan sebagainya yang bisa menimbulkan lonjakan kadar gula darah yang berbahaya," kata Devayani.
* Hindari makan makanan olahan seperti maida, gula putih, roti, dan sejenisnya.
* Tradisi berbuka puasa dengan kurma sangat baik untuk kesehatan. Kurma juga bisa dipakai sebagai pemanis dalam makanan penutup. Kurma akan mengurangi indeks glikemik keseluruhan makanan dan memberikan banyak mineral.
Lebih lanjut, Devayani menyebut bahwa setelah berjam-jam berpuasa, penting untuk tidak membuat tubuh terkejut. Oleh karena itu, makanan ramah usus seperti sop kaldu dapat berperan besar.
"Sebelum makan besar, semangkuk sop kaldu akan membantu menstabilkan mineral dalam tubuh dan memastikan ketahanan selama bulan puasa," kata dia.