REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Muhammadiyah Sudan melaporkan, beberapa peluru menyasar masuk ke dalam kawasan tempat tinggal warga sipil dan asrama mahasiswa di universitas. Bahkan salah satu rumah WNI disusupi oknum pasukan tentara dengan memanjat tembok.
"Pintu rumah WNI itu digedor-gedor oleh pasukan tentara, sejauh ini WNI yang bersangkutan dalam keadaan aman," ujar Hanief Arkaan dari Lazizmu Sudan kepada Republika.co.id, Selasa (18/4/2023).
KBRI di Khartoum mengatakan, hingga saat ini, tidak ada WNI yang menjadi korban dalam eskalasi di Sudan. Terdapat sekitar 1.209 WNI yang menetap di Sudan.
KBRI Khartoum terus memantau situasi, dan telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan menghindari titik- titik rawan. KBRI juga terus mengintensifkan komunikasi dengan masyarakat Indonesia.
KBRI Khartoum merilis surat imbauan terkait dengan peningkatan eskalasi di Sudan. KBRI bersama PPI Sudan terus melakukan pendataan WNI. KBRI merilis status siaga 2 dan menetapkan jalur evakuasi.
Dengan simulasi evakuasi jika telah mencapai siaga 1, maka WNI akan diungsikan keluar dari negara Sudan melalui tiga jalan, yaitu melalui jalur udara. Kemudian jalur darat menuju Mesir, dan jalur darat menuju Jeddah. Untuk kesiapsiagaan setiap WNI diharapkan mempersiapkan ransel darurat yang berisikan dokumen penting dan barang yang dibutuhkan.
PCI Muhammadiyah Sudan melalui Lazismu Sudan terus mengupayakan bantuan logistik dan kebutuhan kepada WNI terutama Kader Persyarikatan yang terdampak.
PCI Muhammadiyah Sudan bersama lembaga lainnya telah membentuk tim Sudan Crisis Response. Beberapa kader Aisyiyah yang tinggal dekat dengan titik konflik memilih mengungsi ke tempat yang jauh lebih aman, karena berpotensi terkena dampak.