Selasa 18 Apr 2023 16:01 WIB

Panglima TNI: KST Ketika Menyerang Pos Militer Libatkan Warga dan Anak-Anak

Menurut Yudo Margono, empat prajurit TNI masih hilang usai baku tembak dengan KST.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Erik Purnama Putra
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono memaparkan perkembangan usai terjadinya bentrokan antara 36 prajurit TNI dengan Kelompok Sparatis Teroris (KST) Papua. Keterangan tersebut disampaikan Yudo di Base Ops Lanudal Juanda, Sidoarjo, Selasa (18/4/2023).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono memaparkan perkembangan usai terjadinya bentrokan antara 36 prajurit TNI dengan Kelompok Sparatis Teroris (KST) Papua. Keterangan tersebut disampaikan Yudo di Base Ops Lanudal Juanda, Sidoarjo, Selasa (18/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengungkapkan, masih ada empat personel TNI AD yang belum terkonfirmasi keadaannya atau masih hilang seusai baku tembak antara 36 prajurit dan Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua di Mugi-Mam, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, Sabtu (15/4/2023) sore WIB.

Yudo memastikan, jajarannya bakal terus melakukan pencarian untuk bisa mengetahui keberadaan empat personel gabungan antara Satgas Yonif Raider 321/Galuh Taruna Divisi I Kostrad dan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tersebut. Meski begitu, ia menduga, mereka masih bersembunyi dari kejaran KST Papua.

"Yang saat inu belum terkonfirmasi ada empat orang. Mungkin dalam situasi seperti itu mereka bersembunyi. Tapi akan kita laksanakan pencarian," kaya Yudo saat menggelar konferensi pers di Base Ops Lanudal Juanda, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur Selasa (18/4/2023).

Yudo mengungkapkan, jumlah prajurit yang gugur dalam peristiwa penyerangan tersebut adalah satu orang atas nama Pratu Miftahul Arifin. Pratu Miftahul gugur usai terjatuh ke jurang sedalam kurang lebih 15 meter saat diserang KST Papua. Menurut Yudo, KST ketika menyerang melibatkan warga sekitar dan anak-anak.

 

Yudo melanjutkan, akibat serangan tersebut ada lima prajurit TNI AD yang mengalami luka tembak. Namun demikian, Yudo memastikan, kelima prajurit tersebut kondisinya sudah dalam keadaan baik. Kelimanya juga telah dievakuasi dan mendapat perawatan di Timika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.

 

Yudo menjelaskan, kontak tembak antara 36 prajurit TNI AD dan KST Papua berawal saat pasukan sedang melakukan operasi pencarian pilot Susi Air, Philips Marthens yang disandera KST Papua sejak medio Februari 2023. Saat itu, sambung dia, pasukan mendapat informasi terkait keberadaan sang pilot di Distik Mugi-Mam, Kabupaten Nduga.

"Namun dalan perjalanannya, (pasukan) diadang dan terjadi kontak tembak dengan KST yang dalam kontak tembak tersebut mereka memanfaatkan masyarakat dan anak-anak untuk menyerbu (prajurit TNI)" ujar eks KSAL tersebut.

Dia menjelaskan, warga sekitar dan anak-anak bersama KST ikut menyerang prajurit TNI AD dengan berteriak-teriak dan meniup peluit. Situasi tersebut, kata Yudo, membuat parajurit di lapangan serba salah. Pasalnya, prajurit tidak mungkin menembak warga sipil, meskipun dalam peristiwa tersebut, mereka melakukan penyerangan terhadap prajurit TNI.

 

"Jadi mereka (KST Papua) nembak iya dan masyarakat juga khususnya ibu-ibu dan anak-anak menyerbu. Itu begitu melihat tembakan dan ternyata dilihat adalah anak-anak kan gak mau nembak. Bingung antara menembak, tapi yang dihadapi masyarakat. Kita selalu menghindari jangan sampai ada korban dari masyarakat apalagi anak-anak," kata Yudo.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement