Rabu 19 Apr 2023 04:10 WIB

Pengamat: Siaga Tempur TNI di Papua Sudah Tepat

Separatis Papua dinilai telah memberi sinyal ultimatum perang.

Red: Teguh Firmansyah
 Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, berbicara kepada media saat konferensi pers di Pangkalan Udara Juanda di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (18/4/2023). Panglima TNI pada hari Selasa menolak klaim kelompok separatis bahwa mereka telah membunuh lebih dari selusin tentara pemerintah yang sedang mencari seorang pilot Selandia Baru yang disandera oleh para pemberontak di wilayah Papua yang bergolak.
Foto: AP Photo/Trisnadi
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, berbicara kepada media saat konferensi pers di Pangkalan Udara Juanda di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (18/4/2023). Panglima TNI pada hari Selasa menolak klaim kelompok separatis bahwa mereka telah membunuh lebih dari selusin tentara pemerintah yang sedang mencari seorang pilot Selandia Baru yang disandera oleh para pemberontak di wilayah Papua yang bergolak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pengamat intelijen dan pertahanan Ngasiman Djoyonegoro sepakat dengan kebijakan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menerapkan siaga tempur pada beberapa daerah di Papua yang dianggap rawan aksi teror kelompok kriminal bersenjata.

"Status siaga tempur sudah seharusnya dilakukan oleh TNI mengingat tim gabungan TNI diserang bukan dalam keadaan siaga perang," ujar Simon, sapaan akrab Ngasiman, dikonfirmasi Antara dari Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Simon mengatakan bahwa penyerangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) terhadap pasukan TNI berlangsung ketika pasukan TNI sedang menyisir daerah Mugi, Nduga, Papua, untuk mencari pilot Susi Air Phillip Mehrtens yang disandera KKB sejak Februari 2023.

"Melihat situasi tersebut, penyerangan ini direncanakan oleh KKB. Dalam konteks pertahanan TNI, itu dapat diartikan sebagai ultimatum perang," ucapnya.

 

Sementara, dalam konteks terorisme, lanjut Simon, maka tindakan penyerangan oleh KKB telah menimbulkan rasa tidak aman dan ancaman. Oleh karena itu, ia sepakat apabila TNI menerapkan siaga tempur.

"TNI harus benar-benar mempersiapkan diri dan memperhitungkan dengan matang setelah menetapkan status siaga tempur," kata Simon.

 

TNI harus memperhatikan konsekuensi terhadap geopolitik dan pendekatan lain yang telah dilakukan oleh pemerintah.

"Artinya, TNI harus terus berkoordinasi dengan stakeholders (pemangku kepentingan) lainnya dalam rangka melakukan operasi dalam status siaga tempur ini," kata Simon.

 

Sebelumnya, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono pada Selasa, menyatakan bahwa TNI meningkatkan operasi militer yang mulanya menggunakan pendekatan halus (soft approach) menjadi operasi siaga tempur pada beberapa daerah di Papua yang dianggap rawan aksi teror kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Yudo menjelaskan peningkatan operasi militer itu bertujuan memperkuat naluri tempur para prajurit sehingga mereka selalu siaga saat berhadapan dengan KKB.

"Di daerah-daerah tertentu, kami ubah menjadi operasi siaga tempur. Di Natuna itu ada operasi siaga tempur laut, di sini ada operasi siaga tempur darat," ucap Yudo.

 

Status siaga tempur dilatarbelakangi oleh tindakanKKB yang menghadang dan menyerang pasukan TNI saat mereka sedang menyisir daerah Mugi, Nduga, Papua, untuk mencari pilot Susi Air Phillip Mehrtens yang disandera KKB sejak Februari 2023.

"Di jalan, (prajurit) kami dihadang oleh KST (kelompok separatis teroris) dan terjadi kontak tembak. Dari 36 pasukan (di lokasi), ada satu yang meninggal, yaitu Pratu Miftahul Arifin," kata Yudo.

Dari insiden itu, Yudo menyampaikan tiga orang prajurit terkena luka tembak dan seorang prajurit lainnya tetluka akibat terjatuh. Empat prajurit yang terluka saat ini telah dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement