REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengawali 2023 dengan torehan yang positif pada penyaluran pembiayaan berkelanjutan.
Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada menjelaskan, pada kuartal I 2023, BNI telah memberikan pembiayaan pada sektor usaha Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) sebesar Rp 179,4 triliun. Nilai ini setara 28,5 persen dari total portofolio kredit BNI.
Perseroan juga berkomitmen untuk mengembangkan praktik usaha berkelanjutan yang sejalan dengan agenda global. Salah satu inisiatif Perseroan adalah memperkenalkan Sustainability Linked Loan (SLL). "BNI memberikan insentif bagi nasabah untuk memperbaiki aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam bisnis mereka," kata David dalam Konferensi Pers yang diikuti secara daring, Selasa (18/4/2023).
Selain itu, BNI juga berhasil meningkatkan kualitas kredit secara persisten. Hal ini terbukti dengan membaiknya rasio Loan at Risk (LAR) dari 22,1 persen pada kuartal I 2022 menjadi 16,3 persen pada kuartal I 2023, serta rasio Non-Performing Loan (NPL) yang membaik dari 3,5 persen menjadi 2,8 persen.
David mengungkapkan, kualitas aset yang terus membaik juga mempengaruhi penurunan tajam pada credit cost atau rasio pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) terhadap kredit, dari 2,5 persen pada kuartal I 2022 menjadi hanya 1,4 persen pada kuartal I 2023.
Di kuartal I 2023, kredit konsolidasi BNI tumbuh 7,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) atau mencapai Rp 634,3 triliun. BNI melanjutkan strategi untuk tumbuh pada segmen-segmen prioritas, yaitu kepada debitur top tier mulai dari segmen korporasi dan turunan bisnisnya yang masuk dalam sektor industri prospektif, hingga segmen konsumer, dengan tetap mengedepankan asas prudential.