REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Twitter akan memberi label terhadap suatu cuitan atau unggahan yang dinilai bernada ujaran kebencian. Belakangan Twitter sempat berselisih dengan beberapa lembaga media mengenai ketentuan label ini.
Perusahaan media sosial yang dipimpin Elon Musk itu membawa label baru untuk mengidentifikasi cuitan yang melanggar kebijakannya. Tanda itu bisa dilihat dengan tampilan visibilitas yang dibatasi.
"Segera dimulai, kami akan menambahkan label yang terlihat secara publik ke cuitan yang diidentifikasi sebagai berpotensi melanggar kebijakan kami untuk memberi tahu Anda bahwa kami telah membatasi visibilitasnya," kata perusahaan itu, seperti dikutip dari GadgetsNow, Rabu (19/4/2023).
Membatasi visibilitas di Twitter
Twitter menyatakan bahwa label baru tersebut merupakan pembaruan dari pendekatan perusahaan terhadap penegakan kebijakan untuk transparansi. Hal itu menjelaskan bahwa pembatasan jangkauan tweet, atau juga dikenal sebagai filter visibilitas, adalah salah satu tindakan penegakan hukum daripada langsung menghapusnya.
Label ini untuk memungkinkan platform bergerak melampaui pendekatan biner “leave up (tinggalkan) versus take down (hapus)” untuk moderasi konten”. Akan ada dua jenis label secara luas, yakni Label Penulis dan Label Pemirsa. Label ini akan menampilkan kebijakan mana yang berpotensi dilanggar oleh penulis tweet dan pengguna lain di Twitter.
Saat ini, label tersebut hanya berlaku untuk cuitan yang berpotensi melanggar kebijakan Perilaku Kebencian Twitter. Perusahaan berencana untuk memperluas penerapannya ke area kebijakan lain yang berlaku dalam beberapa bulan mendatang.
Cuitan dengan label ini akan dibuat lebih sulit ditemukan di platform dan tidak akan ada iklan yang berdekatan dengan konten yang diberi label.
“Perubahan ini dirancang untuk menghasilkan tindakan penegakan hukum yang lebih proporsional dan transparan bagi semua orang di platform kami,” kata perusahaan tersebut.
Penulis dapat mengajukan banding
Twitter juga terbuka dengan tanggapan penulis, di mana mereka bisa mengirimkan umpan balik jika menganggap cuitannya dibatasi secara tidak tepat. Tetapi, mengirimkan umpan balik tidak menjamin penulis akan menerima tanggapan atau jangkauan cuitan berlabel akan dipulihkan. Twitter masih melakukan tinjauan lebih lanjut ke arah sana.
Ujaran kebencian di Twitter
Baru-baru ini, Musk diwawancarai oleh BBC tentang prevalensi ujaran kebencian dan informasi yang salah di platform tersebut. Ketika ditanya, "Apakah Anda melihat munculnya ujaran kebencian?", Musk berkata, "Saya tidak," dan mencari contoh spesifik dari konten kebencian.
Sementara itu, menurut penelitian dari Institute of Strategic Dialogue (ISD), cuitan anti-Semit meningkat dua kali lipat dari Juni 2022 hingga Februari 2023. Laporan tersebut juga menemukan peningkatan penghapusan konten semacam itu, tetapi belum dapat dikatakan cukup untuk mengimbangi lonjakan tersebut.