Rabu 19 Apr 2023 10:48 WIB

Pertempuran Kembali Terjadi Beberapa Jam Usai Gencatan Senjata

Pertempuran berkobar di Sudan beberapa jam setelah gencatan senjata

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Asap mengepul di atas kota saat tentara dan paramiliter terlibat bentrok dalam perebutan kekuasaan, di Khartoum, Sudan, Sabtu (15/4/2023).
Foto: Instagram @lostshmi via REUTERS
Asap mengepul di atas kota saat tentara dan paramiliter terlibat bentrok dalam perebutan kekuasaan, di Khartoum, Sudan, Sabtu (15/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Pertempuran berkobar di Sudan beberapa jam setelah gencatan senjata pada Selasa (18/4/2023). Gencatan senjata kemanusiaan terjadi setelah berhari-hari upaya intens oleh para diplomat senior dari empat benua.

Warga mengatakan, masih mendengar suara tembakan dan ledakan di berbagai bagian ibu kota Khartoum, terutama di sekitar markas militer dan Istana Presiden. Mereka menyatakan, hanya sedikit orang yang berani keluar, meskipun ada banyak orang di luar toko roti.

Baca Juga

“Pertempuran masih berlangsung. Kami mendengar tembakan konstan," kata Atiya Abdulla Atiya dari Sindikat Dokter Sudan.

Warga Sudan di ibu kota dan di kota-kota lain telah bersembunyi di dalam rumah. Mereka terjebak dalam baku tembak ketika pasukan menggempur daerah pemukiman dengan artileri dan serangan udara, ditambah baku tembak pun terjadi.

Penduduk mengatakan, mayat di jalanan tidak dapat dijangkau karena bentrokan. Jumlah korban kemungkinan jauh lebih tinggi dari 185 kematian yang dilaporkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak pertempuran dimulai Sabtu (15/4/2023).

Konflik terjadi antara angkatan bersenjata Sudan yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah Burhan dengan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang dipimpin oleh Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo. Bentrokan ini sekali lagi menggagalkan transisi Sudan ke pemerintahan demokratis setelah puluhan tahun kediktatoran dan perang saudara.

RSF segera menuduh militer melanggar gencatan senjata setelah diberlakukan pada pukul 18.00 waktu setempat. Tentara mengatakan "milisi pemberontak" melanjutkan serangannya di sekitar markas militer dan melancarkan serangan yang gagal di sebuah pangkalan militer di selatan.

Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Selasa malam, bahwa telah terjadi pertempuran yang berkelanjutan di Khartoum dan sekitarnya. Kedubes pun menyarankan warga AS di Sudan untuk berlindung karena belum ada rencana segera untuk evakuasi yang dikoordinasikan pemerintah.

Bentrokan yang terus bergulir ini setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara melalui telepon secara terpisah dengan kedua jenderal pada Senin (16/4/2023) malam. Dia meminta penghentian pertempuran selama 24 jam sebagai dasar untuk gencatan senjata yang lebih lama dan kembali ke negosiasi. Mesir yang mendukung militer Sudan dan Arab Saudi serta Uni Emirat Arab yang memiliki hubungan dekat dengan RSF juga telah meminta semua pihak untuk mundur.

Dagalo mengatakan dalam serangkaian tweet pada Selasa, telah menyetujui gencatan senjata kemanusiaan 24 jam setelah berbicara dengan Blinken.  Sesaat sebelum dimulainya gencatan senjata, koalisi partai politik dan kelompok pro-demokrasi mengatakan menerima posisi positif dari para pemimpin militer dan RSF pada jeda kemanusiaan sepanjang hari. Dalam sebuah pernyataan, diskusi sedang dilakukan untuk memperkuat gencatan senjata itu.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement