REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan, Pyongyang telah selesai membangun satelit pengintaian militer pertamanya dan memerintahkan persiapan akhir untuk meluncurkan satelit itu sesuai rencana, lapor media Pemerintah Korea Utara pada Rabu (19/4/2023). Langkah Korut itu diperkirakan akan semakin meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.
Kim membuat pernyataan tersebut saat melakukan inspeksi ke badan pengembangan luar angkasa Korea Utara sehari sebelumnya, karena Pyongyang telah berjanji untuk menyelesaikan persiapan peluncuran satelit pengintaian militer pada akhir bulan ini, menurut kantor berita pemerintah Korea Utara (KCNA).
Kim "menetapkan tugas militan untuk mengorganisasi komite persiapan peluncuran satelit non-permanen untuk memastikan satelit pengintaian militer No.1 selesai pada April dan akan diluncurkan pada tanggal yang direncanakan, mempercepat persiapan akhir dan dengan tegas membangun kemampuan pengumpulan intelijen satelit, dengan mengerahkan beberapa satelit pengintaian di orbit yang berbeda secara berurutan di masa depan," kata KCNA.
Kim juga menekankan bahwa rencana peluncuran dan pengoperasian satelit adalah "tugas utama yang paling penting" bagi Korea Utara untuk memperkuat keefektifan pencegahan perang terhadap hal yang disebut Pyongyang sebagai skema Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk memperkuat postur militer mereka melawan Korea Utara.
Pada Desember 2022, Korea Utara mengatakan telah melakukan uji "tahap akhir yang penting" di fasilitas peluncuran roketnya untuk menempatkan satelit pengintaian militer ke orbit.
Dalam kunjungan pertama Kim ke badan pengembangan antariksa Korut sejak Maret 2022, pemimpin Korea Utara tersebut membenarkan kepemilikan satelit pengintaian sebagai alat pertahanan diri yang "tidak akan pernah ditinggalkan."
"Kepemilikan satelit seperti itu adalah tugas utama yang harus dipenuhi untuk memperkuat angkatan bersenjata DPRK(Korut) yang tidak akan pernah dapat ditinggalkan, dilewatkan, dan diubah ... itu menjadi hak berdaulat dan sah untuk membela diri mengingat persyaratan untuk standar keamanan baru-baru ini di Semenanjung Korea dan mengatasi ancaman jangka panjang," kata Kim.
Meski tidak disebutkan dalam laporan tersebut, foto-foto yang dibawa oleh KCNA memperlihatkan bahwa Kim ditemani oleh putrinya, Ju-ae, yang mengenakan celana jas hitam dan blus warna krem terang.
Laporan pada Rabu itu disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea saat Korea Utara belum menanggapi panggilan rutin lintas batas melalui penghubung antar-Korea dan jaringan komunikasi militer sejak 7 April.
Pyongyang baru-baru ini melakukan uji coba senjata besar lainnya, seperti peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) bahan bakar padat Hwasong-18 pada bulan ini dan peluncuran alat yang disebutnya sebagai pesawat nirawak(drone) nuklir bawah air, sebagai protes terhadap latihan militer gabungan musim semi antara Korea Selatan dan Amerika Serikat.