REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kementerian Pertahanan Jepang telah memulai persiapan untuk mengevakuasi warganya dari Sudan di tengah pertempuran mematikan. Kepala Sekretaris Kabinet, Hirokazu Matsuno, mengatakan, menteri luar negeri Jepang meminta menteri pertahanan untuk menggunakan pesawat Pasukan Bela Diri untuk evakuasi.
“Pemerintah akan terus melakukan yang terbaik untuk memastikan keamanan warga Jepang di Jepang, termasuk keselamatan dan evakuasi warga negara Jepang (di Sudan) yang bekerjasama erat dengan G7 dan negara-negara besar lainnya,” kata Matsuno.
Matsuno mengatakan, hingga Rabu (19/4/2023) asi Matsuno menambahkan, pemerintah dapat berkomunikasi mereka semua dan tidak ada warga Jepang yang terluka.
Tembakan senjata berat menghancurkan gencatan senjata 24 jam di Sudan pada Selasa (18/4/2023). Pertempuran antara tentara dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah menewaskan sedikitnya 185 orang dan melukai lebih dari 1.800 orang.
Pertempuran pecah pada Sabtu (15/4/2023) antara unit tentara yang setia kepada Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti. Itu adalah serangan pertama sejak keduanya bergabung untuk menggulingkan presiden Omar Hassan al-Bashir pada 2019.