Rabu 19 Apr 2023 15:52 WIB

Konflik Masih Memanas, 15 WNI di Sudan Diamankan ke KBRI Khartoum

Perwakilan RI telah mengevakuasi 15 WNI ke Safe House di Kantor KBRI Khartoum

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang berjalan melewati toko-toko yang tutup di Khartoum, Sudan, Selasa, 18 April 2023. Ibu kota Sudan yang diperangi telah terbangun pada hari keempat pertempuran sengit antara tentara dan kekuatan saingan yang kuat untuk menguasai negara. Serangan udara dan penembakan diintensifkan pada hari Senin di beberapa bagian Khartoum dan kota tetangga Omdurman.
Foto: AP Photo/Marwan Ali
Orang-orang berjalan melewati toko-toko yang tutup di Khartoum, Sudan, Selasa, 18 April 2023. Ibu kota Sudan yang diperangi telah terbangun pada hari keempat pertempuran sengit antara tentara dan kekuatan saingan yang kuat untuk menguasai negara. Serangan udara dan penembakan diintensifkan pada hari Senin di beberapa bagian Khartoum dan kota tetangga Omdurman.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM - Sekurangnya 15 Warga Negara Indonesia (WNI) di Sudan berhasil diamankan pihak Kedutaan Besar (KBRI) Khartoum pada Selasa (18/4/2023) waktu setempat. Hal ini buntut dari masih memanasnya konflik mematikan di Sudan yang menewaskan lebih dari 100 orang dan melukai ratusan orang lainnya.

"Di tengah situasi konflik dan pertempuran yang terjadi di Sudan, pada 18 April 2023, Perwakilan RI telah mengevakuasi 15 WNI ke Safe House di Kantor KBRI Khartoum," ujar Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Judha Nugraha dalam pernyataan kepada media, Rabu (19/4/2023).

Baca Juga

Judha mengatakan, pihak KBRI menggunakan kesempatan pergerakan saat melakukan distribusi logistik. 15 WNI dikatakan berasal dari wilayah Khartoum yang mayoritas terdiri dari keluarga yang mempunyai anak kecil atau bayi serta ibu hamil.

"Mempertimbangkan situasi peperangan yang masih berlangsung di beberapa titik di Khartoum, para WNI yang belum dapat menjangkau Safe House KBRI diimbau untuk tetap berada di dalam rumah masing-masing dan tidak melakukan kegiatan di luar rumah," ujar Judha.

"Demi keselamatan, pergerakan menuju Safe House KBRI dilakukan ketika situasi keamanan sudah memungkinkan," ujarnya menambahkan.

Dalam kesempatan tersebut, pihak KBRI juga telah mendistribusikan bantuan logistik kepada sejumlah WNI terdampak di sejumlah kawasan di Khartoum. Bantuan diberikan kepada sekitar 200 WNI terdampak perang yang mayoritas berstatus Mahasiswa dan PMI.

Petugas KBRI bekerja sama dengan PPI Sudan dan Ikatan Mahasiswa Indonesia (IMI) menelusuri beberapa wilayah di Arkaweet dan Makmurat yang berjarak 500 meter dari zona konflik bersenjata KBRI Khartoum juga telah mendistribusikan sembako kepada WNI, termasuk kepada 76 mahasiswa yang ditampung di Auditorium Kampus International University of Africa. Bantuan yang diberikan berupa mie instan, roti, beras, telur, teh, kopi dan air mineral.

"Pasokan didapatkan KBRI di tengah kelangkaan suplai logistik akibat tersendatnya distribusi barang masuk dan banyaknya toko yang tutup," kata dia.

Menurut Judha, pada 16 April, KBRI juga telah melakukan silaturahmi virtual dengan WNI berdomisili di Khartoum dan sekitarnya untuk menyampaikan langkah dan imbauan KBRI di masa genting tersebut. Sesuai data KBRI, jumlah WNI tercatat sebanyak 1.209 orang, mayoritas berdomisili di wilayah Khartoum, dan sebagian di Wad Madani, dan Port Sudan.

Sudan mengalami bentrokan selama akhir pekan lalu hingga Selasa. Bentrokan di Sudan merupakan bagian dari perebutan kekuasaan antara Komandan Militer Jenderal Abdel-Fattah Burhan dengan Kepala Kelompok Rapid Support Forces Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo.

Militer Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) masih saling menyerang di hari kedua pada Ahad (16/4/2023) hingga Selasa. Sementara itu, data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, jumlah korban pertempuran lebih dari 185 meninggal dunia. Sementara lebih dari 1.800 terluka. Namun PBB tidak memberikan rincian korban tewas warga sipil dan kombatan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement