REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan Korea Selatan (Korsel) agar tak mengirimkan bantuan militer atau persenjataan ke Ukraina. Medvedev pun menyiratkan bahwa Moskow bisa mengambil langkah balasan, yakni dengan memberi persenjataan kepada Korea Utara (Korut)
"Telah muncul penggemar baru yang ingin membantu musuh kami. Presiden Korsel Yoon Suk-yeol telah mengatakan bahwa pada prinsipnya negaranya siap untuk memasok senjata kepada rezim Kiev," kata Medvedev di saluran Telegram-nya, Rabu (19/4/2023), dikutip kantor berita Rusia, TASS.
Medvedev mengungkapkan, dia masih ingat bagaimana Korsel meyakinkan bahwa opsi memasok bantuan senjata ke Ukraina sepenuhnya disisihkan. "Saya ingin tahu apa yang akan dikatakan orang-orang di negara itu (Korsel) ketika mereka melihat senjata terbaru Rusia di tangan tetangga terdekat mereka, mitra kami di Korea Utara (Korut)? Seperti yang mereka katakan, quid pro quo,” ucapnya.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Reuters, Yoon Suk Yeol mengisyaratkan siap memperluas bantuan negaranya untuk Ukraina. Pernyataannya dipandang sebagai kesiapan Seoul memberikan dukungan militer atau persenjataan kepada Kiev.
“Jika ada situasi yang tidak dapat dimaafkan oleh komunitas internasional, seperti serangan skala besar terhadap warga sipil, pembantaian atau pelanggaran serius terhadap hukum perang, mungkin sulit bagi kami untuk hanya bersikeras pada dukungan kemanusiaan atau keuangan,” kata Yoon terkait perang di Ukraina.
Itu adalah pertama kalinya Korsel mengisyaratkan kesediaan untuk memberikan bantuan persenjataan kepada Ukraina. Sejak konflik di Ukraina pecah pada Februari 2022, Seoul sudah meneguhkan sikap untuk tidak menyuplai dukungan militer apa pun untuk Kiev.
“Saya percaya tidak akan ada batasan sejauh mana dukungan untuk membela dan memulihkan negara yang telah diserang secara ilegal baik di bawah hukum internasional maupun domestik. Namun, mengingat hubungan kami dengan pihak-pihak yang terlibat dalam perang dan perkembangan di medan perang, kami akan mengambil tindakan yang paling tepat,” kata Yoon Suk Yeol.
Pernyataan Yoon terkait kemungkinan perubahan sikap Korsel dalam merespons konflik di Ukraina muncul ketika dia diagendakan mengunjungi Amerika Serikat (AS) pekan depan. Yoon akan bertemu Presiden AS Joe Biden untuk menandai peringatan 70 tahun aliansi kedua negara.