Rabu 19 Apr 2023 18:59 WIB

Pastikan Idul Fitri 2023 Berbeda, Ini Imbauan PBNU

PBNU berharap Idul Fitri menjadi momentum menguatkan persatuan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
(ilustrasi) logo nahdlatul ulama
Foto: tangkapan layar wikipedia
(ilustrasi) logo nahdlatul ulama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU), KH Abdullah Syamsul Arifin (Gus Aab) memastikan Hari Raya Idul Fitri 2023 akan dirayakan berbeda. Karena, menurut dia, pada Kamis (20/4/2023) besok, hilal tidak mungkin ditemukan dalam aktivital rukyatul hilal di seluruh daerah Indonesia. 

Sementara, bagi yang menggunakan hisab hakiki wujudul hila, Idul Fitri atau 1 Syawal 1444 Hijriah sudah dipastikan akan jatuh pada Jumat (21/4/2023).  

Baca Juga

"Bukan ada potensi perbedaan lagi, tapi pasti berbeda. Kenapa? Bagi yang menentukan cukup dengan hisab hakiki wujudul hilal, besok dia akan menetapkan hari Jumat itu adalah satu Syawal. Karena ya hilal itu betul-betul ada menurut hitungan ilmu astronomi," ujar Gus Aab saat dihubungi Republika, Rabu (19/4/2023). 

Namun, lanjut dia, bagi umat Islam yang berpatokan harus melihat hilal atau rukyatul hilal, maka hampir dipastikan hilal tidak ada. Karena itu, menurut dia, jika pun pada Kamis (20/4/2023) besok digelar rukyatul hilal, umat Islam tidak akan dapat melihat hilal. 

"Sehingga besok walaupun dilakukan aktivitas rukyat, itu hampir dipastikan gak akan ada yang menemukan dari paling timur sampai paling barat," ucap Gus Aab. 

Berdasarkan metode hisab wujudul hilal, posisi hilal pada hari itu berada di ketinggian antara satu sampai dengan dua derajat di atas ufuk dengan sudut elongasi di bawah tiga derajat. Ini masih jauh di bawah kriteria baru imkanur rukyat yang ditetapkan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yaitu ketinggian hilal tiga derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

"Jadi kalau memang ketinggian hilal itu 3,5, empat atau lima, itu kan potensinya bisa ditemukan dan bisa tidak. Kalau sudah dua derajat kan dipastikan tidak bisa dilihat. Berarti dipastikan beda, bukan berpotensi berbeda," kata Gus Aab. 

Karena itu, dia pun mengimbau kepada umat Islam yang berpatokan pada rukyatul hilal untuk menunggu hasil Sidang Itsbat yanga digelar Kementerian pada Kamis (20/4/2023) besok. Keputusan ini akan disampaikan pemerintah sekitar pukul 19.00 WIB. 

"Tapi bagi yang sudah menetapkan tanpa menunggu terhadap keputusan pemerintah, ya silahkan dilaksanakan dengan tetap sama-sama menjaga suasana yang kondusif, bagaimana perbedaan tidak memicu terjadinya perpecahan," jelas Gus Aab. 

Menurut Gus Aab, umat Islam Indonesia yang akan merayakan Idul Fitri lebih dulu, sebaiknya tidak merayakan secara besar-besaran. Karena, pada Jumat (21/4/2023) mayoritas umat Islam di Indonesia masih akan melaksanakan ibadah puasa.  

"Artinya, bagi yang mau merayakan, jangan terlalu merayakan dengan besar-besaran, karena bagaimana pun harus masih menghargai keyakinan umat Islam yang masih berpuasa. Bagi yang tidak merayakan karena masih berpuasa, laksanakan puasanya dengan baik tanpa perlu menyalahkan bagi yang sudah berhari raya," ucap Gus Aab.  

"Nah, disitulah makna kebersamaan akan dapat dicapai. Jadi, ketika kita mengimbau untuk tidak besar-besaran bukan berarti tidak menghargai keyakinan orang lain, tapi justru disitulah toleransinya, karena mayoritanya umat Islam di Indonesia masih berpuasa," tutupnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement