Oleh : Erik Hadi Saputra*
REPUBLIKA.CO.ID, Pembaca yang kreatif, pada suatu waktu sekitar saya memberikan materi Achievement Motivation Training (AMT) di salah satu SMAN favorit di kota Yogyakarta. Saya ingat sekali momen tersebut dikarenakan puteri salah satu Dosen Universitas Amikom Yogyakarta mengikuti AMT ini.
Saya mengenal Winda Sekar Dewi sejak masih kecil. Winda dan teman satu angkatannya yang berjumlah sekitar 250 orang, saat itu adalah siswa kelas XI. Artinya tahun depannya (2014) mereka memiliki target besar untuk melanjutkan kesuksesan mereka di masa depan.
Dan ketika waktu satu tahun yang dinanti itu pun tiba. Alhasil Winda harus bersabar dengan semua cita-citanya. Dia tidak mendapatkan harapannya dari pengumuman hasil seleksi PTN itu.
Tentu semua tidak mudah pada awalnya. Apalagi jika dibandingkan dengan kemampuan akademiknya di sekolah yang selama ini termasuk siswa yang diperhitungkan. Pendekatan dan komunikasi aktif yang dilakukan orang tuanya, membuat Winda mulai menyiapkan diri dan menata kembali cita-citanya dengan pilihan alternatif. Akhirnya ia memilih masuk di Program Studi Sistem Informasi.
Pembaca yang kreatif, memang pada dasarnya dia adalah anak cerdas. Ketika kembali menemukan motivasi baru dan lingkungan baru dengan positive vibes, Winda mampu menyelesaikan studi Strata Satu (S1) kurang dari 3,5 tahun. Bahkan tepatnya tiga tahun saja (pada saat itu memang memungkinkan).
Dia memiliki Indeks Prestasi Kumulatif 3,99 (dari skala 4). Winda hanya memiliki satu mata kuliah dengan nilai B. Predikat lulusan terbaik di periode wisuda pada masa itu membuat winda mendapatkan beasiswa melanjutkan jenjang Strata Dua (S2) Magister Teknik Informatika dengan beasiswa penuh.
Satu semester dia tempuh di Yogyakarta pada tahun akademik baru. Semester kedua mendapatkan beasiswa program Erasmus+ International Credit Mobility dan mengikuti program pertukaran pelajar di University of Murcia, Spanyol.
Dalam satu semester pun (Januari sampai dengan Juni 2019), media sosialnya penuh dengan unggahan foto-foto aktivitasnya di Eropa. Pada saat memiliki waktu luang, dia memanfaatkan momen menikmati berbagai suasana santai di Jerman dan Prancis. Foto-fotonya membuat para netizen termasuk teman-temannya hanya bisa berkomentar.
Tanda love atau like menghiasi berbagai komentar yang muncul di Instagram miliknya. Apalagi ketika fotonya dengan background menara Eiffel di Paris dengan status "My family and closest friends know well how much I love and dream about coming to this place. Let me have reasons to always come to you, Eiffel!".
Begitu banyak komentar dari teman sekolahnya dulu, mulai dari "Finally ya Wind; Kesampean ya yg ditempel di tembok kamar;” sampai mengarah ke komentar tentang film “Tau gak film yang ternyata menara Eiffel itu roket?; Eiffel I’m in love".
Selain dukungan dan rasa ikut bahagia atas pencapaiannya, selalu ada saja komentar yang meragukan unggahannya. "Halaaaahh paling editaan itu; Bagus dan rapi ya green screennya… Gag kayak MLM sebelah *ups; Awas kesetrum kena sutet".
Walaupun komentar dari beberapa temannya ini bisa saja hanyalah canda belaka, namun terkadang di medsos antara memuji dan menjatuhkan terlihat sangat tipis bedanya hehe. Apalagi dalam memberikan komentar tidak ada lambang emojinya.
Pembaca yang kreatif, singkat cerita dengan pengalaman satu semester di Spanyol, Winda pun kembali ke Yogyakarta dan menyelesaikan semester ketiganya. Dia berhasil menyelesaikan tesis dan studi master di semester ketiga itu. Seluruhnya terhitung selesai dengan masa tempuh 18 bulan.
Sehingga jika ditarik perjalanan waktu yang penuh hikmah hidup ini, dalam kurun waktu lima tahun Winda telah menyelesaikan kuliah S1 dan S2 nya sekaligus. Profesinya saat ini adalah Technical Program Manager di salah satu perusahaan IT/IS di Indonesia dengan penghasilan lebih dari Rp 20 juta per bulan.
Pembaca yang kreatif, izinkan saya mengulangi sekali lagi berdasarkan flashback sembilan tahun lalu (2014), "Terkadang sesuatu terjadi mestilah ada alasannya." Sehat dan teruslah terinspirasi.
*) Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta.