Kamis 20 Apr 2023 14:56 WIB

Panda Mati, Thailand Siap Kena Denda Lagi

Panda yang mati ini dipinjamkan kepada kebun binatang di Thailand utara.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Panda raksasa Cina (ilustrasi)
Panda raksasa Cina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Seekor panda raksasa pinjaman jangka panjang dari Cina mati di sebuah kebun binatang di Thailand utara pada Rabu (19/4/2023). Kematian ini membuat negara itu akan terkena denda.

Penyebab kematian Lin Hui tidak segera jelas tetapi dia tampaknya sakit sejak Selasa (18/4/2023) pagi. Menurut Direktur Kebun Binatang Chiang Mai Wutthichai Muangmun, hidungnya terlihat berdarah ketika dia berbaring setelah makan.

Baca Juga

Panda tersebut pun dilarikan ke tempat perawatan tim dokter hewan gabungan Thailand-Cina. Namun kondisinya memburuk dan dia meninggal pada Rabu pagi.  Padahal enam bulan lagi dia akan pulang ke tanah airnya.

Dokter hewan  Tewarat Vejmanat mengatakan, panda tersebut menjalani pemeriksaan kesehatan setiap hari, tetapi sudah berusia lanjut, 21 tahun. Dia tidak memiliki tanda-tanda penyakit atau perbedaan dalam perilakunya sebelum jatuh sakit.

“Cina berduka atas kematian panda raksasa Lin Hui,” kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin di Beijing.

Wang mengatakan, setelah Cina mengetahui tentang sakit pada panda itu, segera mengorganisir para ahli untuk membimbing pihak Thailand untuk melakukan pekerjaan penyelamatan melalui tautan video. "Namun sayangnya tidak menyelamatkan nyawanya," ujarnya menyatakan pihak berwenang Cina akan segera membentuk tim ahli untuk melakukan penyelidikan bersama atas penyebab kematian.

Pasangan Lin Hui, Chuang Chuang, yang dipelihara bersamanya di Kebun Binatang Chiang Mai juga meninggal di sana pada 2019 di usia 19 tahun. Pasangan itu tiba di Chiang Mai pada 2003 dengan pinjaman 10 tahun yang kemudian diperpanjang selama 10 tahun lagi.

Ketika Chuang Chuang meninggal pada 2019, Menteri Lingkungan Thailand saat itu Varawut Silpa-archa mengatakan, negara itu harus membayar 500 ribu dolar AS kepada pemerintah Cina sebagai kompensasi. Belakangan dilaporkan bahwa gagal jantung adalah penyebab kematiannya.

Wutthichai mengatakan, kebun binatang memiliki polis asuransi 15 juta baht atau setara dengan 435 ribu dolar AS untuk Lin Hui. Dana itu akan dikembalikan ke Cina Oktober ini.

Lin Hui dan Chuang Chuang memiliki seorang putri bernama Lin Ping yang lahir pada 2009 melalui inseminasi buatan. Sebuah skema untuk mendorong mereka untuk kawin secara alami dengan menunjukkan video panda berhubungan seks menjadi berita utama pada 2007.

Lin Ping dikirim ke Cina pada 2013 untuk mencari pasangan selama satu tahun. Namun, dia justru menetap di sana hingga sekarang.

Harapan hidup panda raksasa di alam liar adalah sekitar 15 tahun, tetapi di hewan di penangkaran bisa hidup sampai usia 38 tahun. Upaya konservasi selama beberapa dekade di alam liar dan studi di penangkaran menyelamatkan spesies panda raksasa dari kepunahan. Jumlahnya meningkatkan  dari kurang dari 1.000 pada satu waktu hingga lebih dari 1.800 di alam liar dan penangkaran.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement