Kamis 20 Apr 2023 15:26 WIB

PM Israel: 95 Persen Masalah di Timur Tengah Berasal dari Iran

Benjamin Netanyahu menyebut negara yang bermitra dengan Iran akan sengsara.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengingatkan bahwa siapa pun negara di kawasan Timur Tengah yang bermitra dengan Iran akan dihinggapi kesengsaraan. Dia menyebut, 95 persen masalah di kawasan berasal dari Iran.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengingatkan bahwa siapa pun negara di kawasan Timur Tengah yang bermitra dengan Iran akan dihinggapi kesengsaraan. Dia menyebut, 95 persen masalah di kawasan berasal dari Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengingatkan siapa pun negara di kawasan Timur Tengah yang bermitra dengan Iran akan dihinggapi kesengsaraan. Dia menyebut, 95 persen masalah di kawasan berasal dari Iran.

“Mereka yang bermitra dengan Iran bermitra dengan kesengsaraan. Lihat Lebanon, lihat Yaman, lihat Suriah, lihat Irak; ini adalah negara-negara yang hampir berstatus negara gagal. 95 persen masalah di Timur Tengah berasal dari Iran,” kata Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Rabu (19/4/2023).

Baca Juga

Dia pun sempat menyinggung tentang kesepakatan rekonsiliasi antara Arab Saudi dan Iran yang kini berlanjut ke arah penyelesaian konflik Yaman. “Saya pikir itu mungkin lebih berkaitan dengan keinginan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan konflik yang telah berlangsung lama di Yaman. Saya pikir Arab Saudi, para pemimpin di sana, tidak memiliki ilusi tentang siapa musuh mereka, dan siapa teman mereka di Timur Tengah,” ucap Netanyahu.

Kendati Saudi sudah memulihkan hubungan dengan Iran, Netanyahu tetap menginginkan terwujudnya normalisasi diplomatik antara Israel dan Saudi. “Saya pikir ini (pembukaan hubungan resmi Israel-Saudi) akan menjadi lompatan kuantum besar lainnya untuk perdamaian,” ujarnya.

“Saya tidak mengatakan itu (normalisasi diplomatik Israel-Saudi) akan mengakhiri konflik Palestina-Israel. Palestina adalah sekitar dua persen dari dunia Arab. Namun dalam banyak hal akan mengakhiri konflik antara Israel dan negara-negara Arab,” kata Netanyahu menambahkan.

Awal pekan ini, Netanyahu mengatakan, pemerintahannya menginginkan normalisasi diplomatik dengan Saudi. Menurut Netanyahu normalisasi dengan Riyadh akan menjadi lompatan besar dalam mengakhiri konflik Arab-Israel.

“Kami menginginkan normalisasi dan perdamaian dengan Arab Saudi. Kami melihat itu mungkin sebagai lompatan besar untuk mengakhiri konflik Arab-Israel,” kata Netanyahu dalam pertemuannya dengan Senator Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham di Yerusalem, Senin (17/4/2023).

Netanyahu berpendapat, normalisasi diplomatik dengan Saudi dapat memiliki konsekuensi monumental. “Konsekuensi bersejarah, baik bagi Israel, Arab Saudi, kawasan, dan dunia,” ucapnya.

Itu bukan pertama kalinya Netanyahu menyatakan ingin memulihkan hubungan dengan Saudi. Dia sempat mengutarakan hal serupa pada Februari lalu. “Menjalin hubungan yang hangat dengan Arab Saudi akan mengubah hubungan Israel dengan seluruh dunia Arab,” ucapnya 19 Februari lalu dilaporkan Times of Israel.

Menurut Netanyahu, jika Israel bisa menormalisasi hubungan diplomatik dengan Saudi, hal itu akan mengakhiri konflik Israel-Arab. Oleh sebab itu, normalisasi relasi dengan Riyadh bakal meluncurkan perubahan bersejarah dalam posisi Israel di Timur Tengah.

“Ini (normalisasi hubungan dengan Saudi) adalah tujuan yang sedang kami kerjakan secara paralel dengan tujuan menghentikan Iran. Keduanya saling terkait,” kata Netanyahu, dikutip Jerusalem Post. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement