Kamis 20 Apr 2023 20:19 WIB

Kemenkeu: Permintaan Ekspor Masih Cukup Tinggi

Ekspor Indonesia sebesar 23,50 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 9,89 persen

Rep: Novita Intan/ Red: Lida Puspaningtyas
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu berbicara pada sesi Midterm Review Plenary 1 dalam Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Nusa Dua, Bali, Kamis (26/5/2022). Sesi tersebut mengangkat tema
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu berbicara pada sesi Midterm Review Plenary 1 dalam Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Nusa Dua, Bali, Kamis (26/5/2022). Sesi tersebut mengangkat tema

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah berupaya memacu peningkatan ekspor di tengah perlambatan ekonomi global. Hal ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan Indonesia yang tetap solid dan meningkat.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan per Maret 2023, ekspor Indonesia sebesar 23,50 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 9,89 persen dibanding bulan sebelumnya. Secara tahunan, ekspor melambat dikarenakan ekspor Maret 2022 yang sangat tinggi.

Baca Juga

"Dorongan ekspor terutama dilakukan ke ASEAN, Tiongkok, dan India permintaan masih tumbuh cukup tinggi seiring dengan purchasing manufacture index manufaktur yang masih terus berekspansi," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (20/4/2023).

Dalam laporannya per April 2023, dana moneter internasional memperkirakan perekonomian global melambat dari 3,4 persen pada 2022 menjadi 2,8 persen pada tahun ini, turun 0,1 poin persentase dibanding proyeksi Januari. Pelemahan kinerja ekonomi global yang diikuti dengan moderasi harga komoditas juga menjadi faktor turunnya ekspor Indonesia.

Secara tahunan, harga komoditas unggulan seperti batu bara dan minyak kelapa sawit turun sebesar 40,38 persen dan 45,3 persen.

Kinerja ekspor per Maret 2023 masih ditopang oleh bahan bakar mineral, logam mulia dan bijih logam, terak, serta abu. Adapun Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang masih menjadi negara tujuan ekspor dominan.

“Ekspor per Maret masih tumbuh positif dibanding Februari segala sektor. Hasilnya, ekspor kumulatif dari Januari hingga Maret 2023 sebesar 67,20 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 1,60 persen secara tahunan," ucapnya.

Kinerja impor pada bulan yang sama sebesar 20,59 miliar dolar AS atau tumbuh 29,33 persen dari bulan sebelumnya, meski melambat dibanding periode yang sama tahun lalu yakni hanya tumbuh 6,26 persen. Kinerja impor bulan lalu disumbang oleh komoditas mesin elektrik, besi dan baja, serta mesin mekanis.

Impor terbesar didominasi dari negara Tiongkok, Jepang, dan Thailand. Secara kumulatif bulan Januari sampai dengan Maret 2023, impor mencapai 54,95 miliar dolar AS atau terkontraksi 3,28 persen secara tahunan.

Dengan perkembangan ekspor-impor tersebut, neraca perdagangan Maret 2023 tercatat surplus sebesar 2,91 miliar dolar AS (kumulatif kuartal I-2023 sebesar 12,27 miliar dolar AS) atau surplus selama 35 bulan berturut-turut. Negara penyumbang surplus terbesar yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina dengan komoditas utama bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.

Kinerja ekspor pada kuartal I-2023 yang cukup baik menciptakan surplus neraca perdagangan lebih tinggi dari kuartal yang sama tahun sebelumnya, yakni 9,3 miliar pada kuartal I 2022. Hal ini diperkirakan mendukung pertumbuhan neto ekspor pada kuartal pertama tahun ini. (Novita Intan)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement