REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Penggemar grup K-pop Astro, Aroha, sedang berjuang untuk mengatasi kehilangan tiba-tiba dan tragis dari idolanya, Moonbin. Mereka saling memberi kenyamanan dan dukungan satu sama lain di media sosial, setelah berita kematian Moonbin pada Rabu (19/4/2023) malam.
Polisi setempat menduga kematian Moonbin karena bunuh diri. Moonbin dikenal selalu memberi rasa nyaman kepada penggemarnya lewat kata-katanya. Moonbin juga selalu terlihat ceria dan tersenyum di depan kamera. Karena itu, penggemar sangat terkejut dengan kabar kematian penyanyi berusia 25 tahun itu.
Orang yang selalu terlihat ceria bukan berarti tidak mengalami stres atau depresi. Ada istilah populer yang menggambarkan kondisi itu, yakni smiling depression. Ini adalah istilah untuk seseorang yang hidup dengan depresi di dalam, tapi tampak sangat bahagia di luar.
Dilansir Health Line pada Kamis (20/4/2023), depresi memengaruhi setiap orang secara berbeda, yang paling menonjol adalah kesedihan mendalam dan panjang. Gejala klasiknya yakni pertama, perubahan nafsu makan, berat badan, dan tidur. Kedua, kelelahan atau kelesuan.
Ketiga, perasaan putus asa, kurangnya harga diri, dan harga diri rendah. Keempat, kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan hal-hal yang pernah dinikmati sebelumnya.
Gejala depresi khas adalah memiliki energi yang sangat rendah. Dalam smiling depression, tingkat energi mungkin tidak terpengaruh (kecuali saat sendirian). Karena itu, risiko bunuh diri mungkin lebih tinggi.
Orang dengan depresi berat terkadang merasa ingin bunuh diri, tapi banyak yang tidak memiliki energi untuk bertindak. Orang dengan smiling depression mungkin memiliki energi dan motivasi untuk menindaklanjutinya.
Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi risiko mengalami smiling depression:
1. Perubahan hidup yang besar
Seperti jenis depresi lainnya, smiling depression dapat dipicu oleh suatu situasi, seperti hubungan yang gagal atau kehilangan pekerjaan, itu juga bisa dialami sebagai keadaan konstan.
2. Pertimbangan
Secara budaya, orang mungkin menghadapi dan mengalami depresi secara berbeda, termasuk merasakan lebih banyak gejala simatik (fisik) daripada berjalan emosional. Para peneliti percaya bahwa perbedaan ini mungkin ada hubungannya dengan pemikiran yang berorientasi internal versus eksternal.
Di beberapa budaya atau keluarga, tingkat stikma yang lebih tinggi juga dapat berdampak. Misalnya mengucapkan emosi dapat dilihat sebagai meminta perhatian atau menunjukkan kelemahan atau kemalasan.
3. Media sosial
Banyak orang mungkin tidak mau atau tidak dapat memposting gambar saat mereka dalam keadaan terburuk, alih-alih untuk hanya berbagi momen baik mereka dengan dunia hal ini dapat menciptakan kehampaan the litas yang memberi lebih banyak peluang bagi smiling depression untuk berkembang.
4. Harapan
Kita semua terkadang memiliki harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri untuk menjadi lebih baik atau lebih kuat. Ini juga dipengaruhi oleh ekspetasi luar misalnya, rekan kerja, orang tua, saudara kandung, anak, atau teman.