REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Ibu kota Sudan, Khartoum, diguncang oleh pemboman dan tembakan artileri pada Jumat (21/4/2023). Padahal sebelumnya muncul laporan bahwa pasukan yang bertikai telah menyambut baik usulan gencatan senjata selama hari raya Idul Fitri.
"Masih ada bentrokan antara pasukan tentara dan Rapid Support Forces (RSF), menyebabkan bangunan, fasilitas, dan properti publik hancur," kata komite dokter Sudan.
Koalisi kelompok sipil mengatakan di media sosial, bahwa mereka telah mengajukan proposal untuk gencatan senjata tiga hari kepada faksi-faksi yang bertentangan. Pengajuan ini pun mendapatkan tanggapan baik dari kedua pihak.
"Kami menyambut baik sikap positif pimpinan Angkatan Bersenjata Sudan dan Rapid Support Forces," kata kelompok itu menyatakan akan terus mengerjakan perincian kesepakatan.
Tapi, militer dan RSF belum bersuara tentang usulan gencatan senjata dalam menyambut Idul Fitri. RSF mengeluarkan pernyataan yang tidak menyebutkan kemungkinan gencatan senjata dan mengutuk militer atas apa yang dikatakannya sebagai serangan baru.
“Pada saat ini, ketika warga bersiap menyambut hari pertama Idul Fitri, lingkungan Khartoum terbangun karena pemboman pesawat dan artileri berat dalam serangan besar-besaran yang langsung menargetkan lingkungan perumahan,” kata RSF pada Jumat.
Sekitar 350 orang telah meninggal dunia sejauh ini dalam perebutan kekuasaan kekerasan yang pecah akhir pekan lalu. Panglima militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo yang dulunya rekan kini saling menyerang.
Burhan mengatakan akan mendukung gencatan senjata dengan syarat memungkinkan warga untuk bergerak bebas. Dia menuduh RSF mencegah pergerakan tersebut sejauh ini.
Menurut pemimpin militer itu, saat ini tidak melihat mitra untuk negosiasi. "Tidak ada pilihan lain selain solusi militer," ujarnya.
Sedangkan Dagalo mengatakan, siap untuk menerapkan gencatan senjata tiga hari. Dia telah beberapa kali mengatakan mendukung gencatan senjata singkat tetapi gencatan senjata itu dengan cepat runtuh.
"Kami berbicara tentang gencatan senjata kemanusiaan, kami berbicara tentang jalan yang aman ... kami tidak berbicara tentang duduk bersama penjahat," kata Dagalo mengacu pada Burhan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Kamis (20/4/2023), menyerukan gencatan senjata untuk memungkinkan warga sipil mendapatkan keselamatan. Dia melakukan pembicaraan secara virtual dengan para pemimpin Uni Afrika, Liga Arab dan organisasi lainnya.
"Ada konsensus yang kuat untuk mengutuk pertempuran yang sedang berlangsung di Sudan dan menyerukan penghentian permusuhan sebagai prioritas segera," ujar Guterres.
Guterres mengatakan, warga sipil yang terperangkap di zona konflik harus diizinkan melarikan diri dan mencari perawatan medis, makanan, dan perbekalan lainnya. Ribuan warga sipil mengalir keluar dari ibu kota Khartoum saat tembakan dan ledakan terdengar pada Kamis. Sejumlah besar warga juga menyeberang ke Chad untuk melarikan diri dari pertempuran di wilayah barat Darfur.
Badan pengungsi PBB UNHCR dan Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan, sekitar 10 ribu hingga 20 ribu orang yang melarikan diri dari pertempuran. Mereka telah berlindung di desa-desa di sepanjang perbatasan di dalam Chad. Sudan berbatasan dengan tujuh negara dan terletak secara strategis di antara Mesir, Arab Saudi, Ethiopia, dan wilayah Sahel Afrika.