REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Wakil Perdana Menteri Inggris Dominic Raab mengundurkan diri dari jabatannya setelah dituduh merundung dan mengintimidasi sejumlah staf di beberapa departemen. Tuduhan tersebut diselidiki oleh seorang pengacara bernama Adam Tolley KC yang ditugaskan langsung oleh Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak.
“Saya menulis untuk mengundurkan diri dari pemerintahan Anda, setelah menerima laporan yang timbul dari penyelidikan yang dilakukan oleh Adam Tolley KC. Saya meminta penyelidikan dan berjanji mengundurkan diri, jika ditemukan adanya intimidasi apa pun. Saya yakin penting untuk memegang kata-kata saya,” kata Raab dalam surat pengunduran dirinya yang ditujukan kepada Rishi Sunak, Jumat (21/4/2023).
Raab mengungkapkan, hasil penyelidikan menyangkal semua tudingan terhadapnya, kecuali dua klaim. Dia pun mengkritik temuan “merugikan” dan “cacat” dalam laporan.
“Dengan menetapkan ambang batas yang sangat rendah untuk intimidasi, penyelidikan ini telah menjadi preseden yang berbahaya. Ini akan mendorong pengaduan palsu terhadap menteri, dan berdampak buruk bagi mereka yang mendorong perubahan atas nama pemerintah Anda – dan pada akhirnya rakyat Inggris,” ucapnya.
Pengunduran diri Raab dianggap sebagai kemunduran yang signifikan bagi pemerintahan Rishi Sunak. Dia mungkin menghadapi kritik karena membiarkan Raab tetap menjabat ketika penyelidikan sedang berlangsung.
Laporan Adam Tolley KC berpusat pada delapan pengaduan formal terhadap Raab. Ditemukan tidak ada bukti persuasif bahwa Raab meneriaki atau memaki individu di departemennya. Raab pun mengakui dia menuntut, didorong, fokus pada detail, dan gaya manajemen yang sah.
Namun, bagian paling memberatkan dari laporan Tolley berpusat pada keluhan dari masanya sebagai menteri luar negeri Inggris. Hasil penyelidikan menyebut Raab bertindak dengan cara yang mengintimidasi dan telah secara tidak wajar dan terus-menerus agresif dalam konteks pertemuan di tempat kerja.
“Perilakunya juga melibatkan penyalahgunaan kekuasaan dengan cara yang melemahkan atau mempermalukan. Secara khusus, dia (Raab) melampaui apa yang secara wajar diperlukan untuk menerapkan keputusannya dan memperkenalkan elemen hukuman,” kata Tolley dalam sebuah pernyataan.
“Tingkah lakunya pasti akan dialami sebagai sesuatu yang merendahkan atau mempermalukan individu yang terpengaruh, dan itu sangat dialami. Saya menyimpulkan bahwa wakil perdana menteri (Raab) pasti mengetahui efek ini; paling tidak, dia seharusnya sangat sadar,” kata Tolley.