REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saat Hari Raya sering kali masyarakat merayakan secara berlebihan. Mulai dari membeli bahan makanan untuk dimasak saat Lebaran hingga persiapan mudik. Oleh karena itu, Lebaran menjadi momen bagi orang untuk mengeluarkan uang lebih dari biasanya.
Namun, tak jarang dari mereka yang tidak mengontrol keuangan menjelang atau saat Lebaran. Ini membuat mereka bingung dan kaget dengan jumlah pengeluaran yang besar.
Perencana keuangan Safir Senduk mengatakan biasanya menjelang Lebaran, orang sering membelanjakan uang Tunjangan Hari Raya (THR) untuk barang yang tidak mendesak, yaitu busana dan elektronik. Sebab, dua jenis barang tersebut sedang banyak dipromosikan menjelang Lebaran. Padahal ada kebutuhan lain yang lebih penting dan mendesak. Oleh karena itu, perlu mengutamakan beberapa pengeluaran penting terlebih dulu.
“Pertama sisihkan THR untuk pegawai yang bekerja di rumah, seperti asisten rumah tangga (ART). Kedua untuk mudik. Biasanya tiketnya dibeli jelang Lebaran. Tapi kalau kita sudah siapkan dari jauh hari, biasanya tidak perlu menunggu THR," kata Safir kepada Republika.co.id, Ahad (16/4/2023).
Pengeluaran selanjutnya adalah pembelian bahan makanan dan sembako lalu pemberian angpau untuk keponakan dan saudara. Terakhir ada pengeluaran rekreasi libur Lebaran.
Dari kelima itu, Safir menganjurkan untuk memfokuskan pada pengeluaran THR yang bekerja di rumah, mudik, dan bahan makanan. Setelah semua terpenuhi, tersisa untuk angpau dan rekreasi.
Dibandingkan membeli barang, Anda bisa mengajak keponakan dan saudara untuk berkumpul bersama. Ini bertujuan agar mereka mendapat pengalaman yang tidak terlupakan.
“Fokuskan sisa THR bukan membeli barang tetapi mengajak mereka kumpul. Karena kesalahan banyak orang adalah ketika ketemu keponakan mereka pikir membelikan barang saja cukup. Sebetulnya yang paling penting adalah pengalaman mengumpul, bisa makan bareng atau jalan ke tempat wisata,” ujar dia.
Selain pengelolaan keuangan penting untuk mengontrol pengeluaran, ada hal lain yang perlu diperhatikan agar tidak terkejut ketika mengetahui jumlah pengeluaran berlebih. Yakni, membiasakan diri merayakan Lebaran dengan lebih sederhana. Menurut Safir, kebanyakan orang Indonesia merayakan Lebaran berlebihan.
Misal, saat memasak makanan Hari Raya. Padahal fokus ke dua atau tiga menu sebetulnya sudah cukup. Selain itu, Anda juga bisa mulai mempertimbangkan penghasilan tambahan.
“Jadi selanjutnya kalau ada bulan puasa lagi sudah cari penghasilan tanbahan sehingga saat Lebaran dan dan lebaran selesai kita tidak kaget lagi kok tidak uang,” ucap dia.
Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah jika setelah Lebaran keuangan sedang menipis, Safir menyarankan agar tidak berinvestasi. Sebaiknya, investasi dilakukan ketika kondisi keuangan sudah membaik.
Sebab, ketika keuangan sedang menipis Anda harus mempunyai persediaan uang tunai. Kesalahan orang adalah saat persediaan uang tunainya menipis malah diinvestasikan sehingga tidak memiliki persediaan uang tunai.
“Padahal kebutuhan darurat selalu ada. Kebutuhan darurat itu karena dia tidak ada uang cash. Apa yang dia lakukan? Dia terpaksa mencairkan lagi investasinya. Jadi kalau keuangan sudah menipis jangan investasi. Jadikan persiapan dana cadangan. Tunggu keuangan membaik baru investasi,” kata dia.