REPUBLIKA.CO.ID, OUAGADOUGOU -- Akhir pekan kemarin menjadi momen Idul Fitri yang kelam bagi salah satu negara dengan mayoritas penduduk Islam, Burkina Faso. Sekitar 60 warga sipil tewas dalam serangan di utara negara Afrika Barat itu. Mengutip kepolisian Kota Ouahigouya, jaksa setempat Lamine Kabore mengatakan serangan pada Jumat (21/4/2023) dilakukan orang-orang berseragam angkatan bersenjata Burkina Faso.
Kabore mengatakan ia menggelar penyelidikan atas serangan ke Desa Karma di Provinsi Yatenga di perbatasan dekat Mali. Daerah yang dikuasai kelompok yang dituding berafiliasi dengan al Qaeda dan ISIS yang telah menggelar serangan selama bertahun-tahun.
Dalam pernyataan Ahad (23/4/2023) Kabore tidak mengungkapkan detail serangan tersebut. Pada bulan Maret lalu organisasi hak asasi manusia, Human Rights Watch mengatakan sejak 2022 serangan kelompok bersenjata pada warga sipil melonjak.
Sementara pasukan keamanan dan pasukan pertahanan sukarela menggelar sejumlah operasi kontra-terorisme yang kejam. Berdasarkan data pemerintah pada 15 April lalu seorang pelaku tidak dikenal membunuh 40 orang dan melukai 33 lainnya dalam serangan terhadap tentara dan pasukan sukarela di wilayah yang sama di utara Burkina Faso dekat Ouahigouya.
Gejolak di wilayah itu dimulai di Mali pada tahun 2012 lalu. Ketika ISIS membajak pemberontakan separatis Tuareg. Kekerasan kemudian menyebar ke Burkina Faso dan Niger, membunuh ribuan orang dan memaksa 2,5 juta warga mengungsi.