Senin 24 Apr 2023 14:40 WIB

Kompolnas Minta Polisi Selidiki Ancaman Peneliti BRIN kepada Muhammadiyah

Yusuf Warsim mengimbau masyarakat agar tidak terpancing ancaman pembunuhan di medsos.

Rep: Ali Mansur/ Red: Erik Purnama Putra
Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Foto: Republika.co.id/Erik Purnama Putra
Logo Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Yusuf Warsyim mengaku, mengikuti perdebatan di media sosial (medsos) mengenai perbedaan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriyah. Termasuk beberapa komentar oleh akun tertentu yang menggunakan diksi kekerasan bermuatan ancaman, seperti 'halal darahnya' dan 'bunuh'.

Tidak terkecuali dengan pernyataan kontroversial Profesor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin dan peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin. Bahkan, dalam statusnya, AP Hasanuddin ingin membunuh semua warga Muhammadiyah karena merayakan Idul Fitri 1444 pada Jumat (21/4/2023).

Terkait pernyataan nada kebencian di medsos, Kompolnas mendesak Polri turun tangan menyelidiki ancaman tersebut. "Tentu hal ini dipandang perlu meneruskan ke pihak Kepolisian untuk melakukan pemantauan dan penyelidikan dugaan tindak pidana ujaran kebencian atau lainnya," ucap Yusuf kepada Republika.co.id di Jakarta, Senin (24/4/2023).

Meski begitu, Yusuf mengimbau kepada masyarakat agar tidak terpancing dengan pernyataan kontroversial dari Hasanuddin tersebut. Dia meminta agar masyarakat untuk mempercayakan penanganan dugaan ujaran kebencian tersebut kepada pihak kepolisian.

"Percayakan kepada pihak kepolisian untuk menanganinya. Oleh karena itu, diharapkan juga kepada semua pihak untuk dapat bersikap teduh dan tawadlu dalam menyikapi perbedaan," kata Yusuf.

Apalagi, lanjut Yusuf, pada saat ini, Indonesia sedang berada dalam tahun politik menyongsong Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Sehingga, semua anak bangsa sekiranya dapat menahan diri untuk tidak terjebak dalam adu domba suku, agama, ras, antargolongan (SARA).

Sebelumnya, polemik itu bermula dari status Facebook yang ditulis Thomas Djamaluddin seorang Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN. Dalam pernyataannya, Thomas mengaku heran dengan Muhammadiyah yang tidak taat kepada pemerintah terkait penentuan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriyah, tetapi ingin menggunakan lapangan untuk sholat Idul Fitri.

Kemudian pernyataan Thomas ditanggapi Andi Pangerang Hasanuddin, yaitu anak buahnya. Bahkan Hasanuddin yang juga pakar astronomi BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin. Bahkan Melalui akun AP Hasanuddin, ia menuliskan kemarahan atas sikap Muhammadiyah dan ingin membunuh anggota organisasi masyarakat (ormas) Muhammadiyah tersebut.

"Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian," ucap AP Hasanuddin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement