Senin 24 Apr 2023 18:00 WIB

Pernyataan AP Hasanuddin dan Thomas Djamaluddin Singgung Muhammadiyah Dinilai Provokatif

Thomas diduga mengeluarkan pernyataan bernada kebencian pada Muhammadiyah.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Agus raharjo
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY menilai pernyataan Pakar dan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang (AP) Hasanuddin, dan Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin terkait Muhammadiyah provokatif dan diluar batas.

"Tentu kita prihatin dan sangat menyesalkan pernyataan Thomas Djamaludin dan AP Hasanuddin yang sangat provokatif di luar batas dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara," kata Sekretaris PWM DIY, Arif Jamali Muis dalam keterangan tertulisnya yang sudah diizinkan untuk dikutip Republika.co.id, Senin (24/4/2023).

Baca Juga

Arif mengatakan, Thomas sebagai seorang ilmuwan yang bergelar jabatan akademik tertinggi profesor mengeluarkan pernyataan dengan nada kebencian dan ketidaksukaan terhadap Muhammadiyah. Thomas sendiri mengatakan bahwa Muhammadiyah organisasi yang tidak taat pemerintah.

"Ditambah pernyataan AP Hasanuddin yang katanya pegawai BRIN sudah mengarahkan kepada kriminalitas yaitu ancaman pembunuhan," ujar Arif.

Sebelumnya, ramai di media sosial Facebook terkait balasan komentar dari peneliti BRIN AP Hasanuddin. Komentar pakar astronomi BRIN itu, menyinggung perbedaan jadwal Idul Fitri 1444 Hijriah warga Muhammadiyah, dan menganggap mereka sebagai musuh bersama dalam hal takhayul, bid'ah dan khurafat.

Arif meminta apa yang menimpa Muhammadiyah karena perbedaan dalam menentukan 1 Syawal untuk dianggap sebagai hal yang biasa dan wajar. Ia pun mencontohkan intimidasi yang terjadi pada pendiri Muhammadiyah dulunya, yakni KH Ahmad Dahlan.

Arif menyebut, KH Ahmad Dahlan beserta santrinya juga pernah diintimidasi ketika melakukan pembaruan dengan memperbaiki arah kiblat. KH Ahmad Dahlan dianggap kafir, bahkan langgarnya dirobohkan dan dibakar.

"Walau 100 tahun kemudian, umat islam meyakini tentang arah kiblat yang disampaikan oleh Kiai Dahlan, bahkan Kemenag menerbitkan sertifikat/surat keterangan tentang arah kiblat di masjid-masjid," tuturnya.

Arif pun berharap aparat kepolisian mengambil tindakan cepat dan antisipatif sesuai undang-undang yang berlaku. Tidak hanya itu, ia juga mengajak seluruh warga Muhammadiyah untuk menyerahkan masalah ancaman dan ujaran kebenciaan terhadap Muhammadiyah ini kepada aparat yang berwajib.

Arif menegaskan, salah satu kepribadian Muhammadiyah yakni taat pada perundang-undangan yang berlaku. "Kita semua konsisten saja dengan arah perjuangan Muhammadiyah, karena apa yang kita lakukan adalah untuk umat dan bangsa, serta selalu mengharapkan ridhA Allah SWT," tegas Arif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement