Senin 24 Apr 2023 18:20 WIB

Muhammadiyah Disarankan Laporkan Oknum Peneliti BRIN yang Ancam Bunuh

Ancaman AP Hasanuddin yang berisi ancaman membunuh warga Muhammadiyah melewati batas.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Pendiri dan Analis Drone Emprit Akademik, Ismail Fahmi, dalam diskusi
Foto: Republika/Dian Erika N
Pendiri dan Analis Drone Emprit Akademik, Ismail Fahmi, dalam diskusi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat media sosial Ismail Fahmi mendorong Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui lembaga hukumnya melaporkan peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin serta Profesor Thomas Djamaluddin atas pernyataannya di media sosial yang memicu kegaduhan di masyarakat. Ismail menilai, langkah hukum perlu dilakukan untuk menghentikan spekulasi dan perdebatan publik di media sosial.

"Jangan membiarkan publik berspekulasi di media sosial, karena netizen akan kesana-kemari ketika belum ada tindak lanjut yang tegas. Jadi saya kira yang paling bijak adalah lembaga hukum dari Muhammadiyah melaporkan ke pihak yang berwajib, biarkan nanti pihak kepolisian menilai, pengadilan akan menilai apakah benar atau salah. Saya kira itu agar spekulasi di media sosial berhenti," ujar Ismail dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Senin (24/4/2023).

Baca Juga

Ismail mengatakan, komentar AP Hasanuddin yang berisi ancaman membunuh warga Muhammadiyah terkait perbedaan lebaran 1444 Hijriah sudah melewati batas. Begitu juga unggahan Profesor Thomas Djamaluddin yang juga menyinggung perbedaan lebaran Muhammadiyah sebagai pemicu pernyataan konfrontatif.

Ismail menilai pernyataan keduanya sudah di luar konteks keilmuan sebagai ahli astronomi. Padahal, para ilmuan ini menjadi bagian dari pemerintah karena termasuk tim unifikasi kalender Kementerian Agama dan juga tim sidang isbat.

Selain itu, pernyataan disampaikan oleh seorang aparatur sipil negara (ASN) yang dibayar dengan pajak masyarakat termasuk pajak warga Muhammadiyah yang dikritik tersebut.

"Pernyataannya sudah di luar konteks keahliannya sebagai ahli astronomi, makanya disini saya sebut keduanya itu sudah offside, kita itu harus menyampaikan sesuai dengan keahlian kita, ketika kita diminta dan diangkat itu dalam konteksnya apa," kata Ismail.

Dia juga berharap ke depan, semua pihak berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan di media sosial. Khususnya mereka yang memiliki tingkat keilmuan untuk berbicara sesuai konteks keilmuannya.

Dia mengingatkan, Indonesia membutuhkan para peneliti di bidang sains dan teknologi yang andal dan mumpuni. Namun, jangan sampai peneliti yang ada justru tidak fokus di bidang.

"Kemudian merembet ke sana kemari, kepada siapa lagi kita berharap untuk pengembangan sains dan teknologi, misalnya terkait dengan ilmu astronomi, antariksa, kita butuh peneliti peneliti yang berdedikasi betul di sana, ketika mereka sudah tidak fokus di sana dan waktunya jauh lebih fokus untuk urusi hal-hal yang dilakukan oleh buzzer itu tidak bisa diharapkan lagi," ujarnya.

Sebelumnya, AP Hasanuddin diketahui ikut mengomentari unggahan akun Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin yang menyinggung Muhammadiyah tidak taat kepada pemerintah soal penetapan Lebaran 2023.

Kemudian AP Hasanddin di kolom pernyataan tersebut dan menganggap Muhammdiyah sebagai musuh bersama dalam hal takhayul, bid’ah dan churofat. Dirinya mengecam sikap Muhammadiyah dan menuding organisasi ke-Islaman itu disusupi Hizbut Tahrir.

“Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian," kata Andi Pangerang Hasanuddin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement