REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirat Arab (UEA) masuk dalam daftar 10 negara dengan risiko terendah di kawasan Timur Tengah dan Afrika (MEA). Hal tersebut berdasarkan riset dari GlobalData Regional dan Global Risk Kndex (GCRI) di kuartal keempat tahun 2022.
Padahal, sebelumnya negara penghasil minyak ini terlihat terpengaruh oleh gangguan rantai pasokan lantaran adanya kenaikan harga komoditas pangan dan bahan bakar. Menurut GlobalData, kondisi tersebut tentunya berpotensi adanya risiko kerawanan pangan serta meningkatnya utang negara.
Untuk Arab Saudi sendiri berada dalam urutan ketiga sebagai salah satu negara MEA dengan risiko terendah di GCRI. Sementara Qatar dan Kuwait , masing-masing menyusul di peringkat keempat dan kelima. Untuk Bahrain saat ini berada di urutan kesembilan di tingkat regional.
"Wilayah Timur Tengah dan Afrika sangat bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk impor makanan pokok, oleh karena itu risikonya naik dari 54 menjadi 54,3 dari 100 pada pembaruan GCRI di kuartal keempat 2022 ," kata Analis Riset Ekonomi di GlobalData. Bindel Patel, seperti dikutip dari Zawya, Senin (24/4/2023).
Namun, dengan adanya keputusan Organisasi Negara Penghasil Minyak (OPEC+) untuk memangkas produksi minyak akhirnya berdampak pada profitabilitas negara-negara penghasil minyak di kawasan MEA yang sangat bergantung pada ekspor minyak untuk menggerakan ekonominya.
"Pada saat yang sama, banyak negara di kawasan MEA sangat bergantung pada impor makanan dan karena ada gangguan pada rantai makanan lantaran konflik Ukraina dan Suriah , kekeringan di negara tanduk Afrika dan Kenya terus berlanjut. Ini adalah tantangan signifikan untuk ketahanan pangan," terangnya.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), total 35 juta orang dilaporkan sebagai orang kelaparan di Afrika Barat dan Tengah pada tahun 2022. Jumlah ini diperkirakan melonjak menjadi 48 juta pada akhir tahun 2023.