REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sikap intoleransi peneliti BRIN, AP Hasanuddin menanggapi sikap Muhammadiyah dalam menentukan lebaran berbeda dengan ketetapan pemerintah, sangat disesalkan. Ini sikap tidak layak bagi seorang peneliti lembaga riset nasional.
''Dia tidak siap menerima perbedaan, bahkan sampai mengeluarkan ancaman pembunuhan. Bangsa Indonesia tengah mendambakan tumbuh kembangnya manusia-manusia terdidik dan berkeadaban, tetapi sedih sekali yang kita jumpai seorang peneliti lembaga riset Nasional berfikir dangkal dan pongah dalam menyikapi perbedaan," kata Prof Zainuddin Maliki, anggota Komisi X DPR RI, Senin malam, (24/4/2023).
Juga disayangkan, lanjutnya, setingkat peneliti BRIN tidak menunjukkan kecerdasan semestinya dalam memanfaatkan media sosial. Media sosial digunakan untuk menumpahkan sikap intoleransi, kebencian dan rasa permusuhan dengan kekerasan.
"Rendahnya keadaban yang bersangkutan sebagai seorang peneliti dan sama sekali tidak mencerminkan kapasitasnya sebagai intelektual dalam bermedia sosial jelas menodai BRIN," ungkap mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
"Yang bersangkutan sudah meminta maaf, tetapi saya mengharap BRIN tetap memberi edukasi dan mengambil langkah tegas kepada penelitinya ini agar tidak merusak semangat toleransi yang sedang kita bangun bersama dengan susah payah," tegas legislator asal Dapil Jatim X, Gresik dan Lamongan itu.