Selasa 25 Apr 2023 11:23 WIB

Ribuan Warga Inggris Masih Tertahan di Sudan

Diperkirakan ada 4.000 warga Inggris yang bermukim di Sudan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Asap terlihat di Khartoum, Sudan, Sabtu (22/4/2023). Pertempuran di ibu kota antara Tentara Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat berlanjut setelah gencatan senjata yang ditengahi internasional gagal.
Foto: AP Photo/Marwan Ali
Asap terlihat di Khartoum, Sudan, Sabtu (22/4/2023). Pertempuran di ibu kota antara Tentara Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat berlanjut setelah gencatan senjata yang ditengahi internasional gagal.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM --  Inggris mengevakuasi diplomat dan keluarganya pada akhir pekan. Diperkirakan 4.000 warga Inggris tetap tinggal di negara tersebut.

Menteri Pembangunan Inggris Andrew Mitchell berbicara di Parlemen sebelumnya mengatakan, para pejabat melihat setiap kemungkinan untuk mengeluarkan warga negara Inggris dari Sudan. Dia bersikeras bahwa pemerintah telah belajar dari penarikan Afghanistan yang membawa bencana.

Baca Juga

Menurut sumber pertahanan Inggris yang dikutip BBC, situasi di Sudan sangat, sangat berbeda dari yang terlihat selama evakuasi keluar dari Afghanistan pada 2021. “Kabul adalah tempat aman terakhir di Afghanistan. Tapi kami memiliki pasukan di lapangan, intelijen yang sangat baik, hubungan yang sangat baik dengan pasukan keamanan nasional Afghanistan,” kata sumber itu.

Sumber ini menyatakan, Taliban memberi Inggris dan sekutunya jangka waktu yang ditentukan untuk mengeluarkan orang dengan cepat. Namun Sudan menimbulkan tantangan yang berbeda, terutama karena pertempuran yang sedang berlangsung.

Khartoum dinilai lebih dinamis dan lebih berbahaya daripada Kabul. "Tidak ada pertempuran yang terjadi antara Taliban dan tentara Afghanistan saat kami mencoba melakukan evakuasi, kata sumber tersebut.

Justru kondisi sebaliknya terjadi di Khartoum. Pertempuran terus-menerus di lingkungan warga negara Barat paling banyak terkonsentrasi.

Saat Inggris mengambil langkah hati-hati, sumber diplomatik Uni Eropa (UE) mengatakan sebelumnya, bahwa lebih dari 1.100 warga UE telah meninggalkan negara itu. Sedangkan Amerika Serikat (AS) mengatakan, telah mengerahkan agen intelijen untuk mengamankan rute evakuasi darat bagi warga Amerika yang meninggalkan negara itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement