REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nasabah First Republic Bank menarik lebih dari 100 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.470 triliun) dari rekening mereka dalam tiga bulan pertama tahun ini, seiring kekhawatiran tentang kesehatan sistem perbankan global.
Bank yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu mengatakan, simpanannya turun lebih dari 40 persen sejak akhir Desember. Kabar dari First Republic itu mengemuka setelah raksasa perbankan Swiss Credit Suisse pada Senin (24/4/2023) mengungkapkan, bank run yang terjadi dan akhirnya memicu penyelamatan yang didukung Pemerintah Swiss bulan lalu.
Serangkaian keruntuhan bank telah menimbulkan kekhawatiran akan krisis di sektor ini. "Dengan penutupan beberapa bank pada Maret lalu, kami mengalami arus keluar simpanan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Direktur Keuangan First Republic, Neal Holland, dilansir BBC, Selasa (25/4/2023).
"Kami sedang bekerja untuk merestrukturisasi neraca kami dan mengurangi pengeluaran dan pinjaman jangka pendek kami," ujar Holland menambahkan.
First Republic juga berencana menghemat biaya dengan memangkas 20 persen hingga 25 persen tenaga kerjanya dalam beberapa bulan mendatang. Saham bank turun lebih dari 20 persen dalam perdagangan yang diperpanjang di New York setelah pengumuman itu dibuat.
Bulan lalu, sekelompok bank besar AS menyuntikkan 30 miliar dolar AS (sekitar Rp 441 triliun) ke First Republic karena kondisinya dianggap berisiko gagal. Regulator AS menyebut langkah itu "sangat disambut baik", sementara bank-bank yang dipimpin oleh JP Morgan dan Citigroup, mengatakan tindakan tersebut mencerminkan "kepercayaan" mereka.
Masalah di sektor perbankan muncul di AS awal bulan lalu ketika Silicon Valley Bank, yang merupakan pemberi pinjaman terbesar ke-16 di AS, ambruk dalam kegagalan terbesar bank di AS sejak 2008. Dua hari, Signature Bank di New York juga bangkrut. Pihak berwenang turun tangan untuk menjamin simpanan para nasabah guna mencegah bank run lebih lanjut.
Kemarin, Senin (24/4/2023), raksasa perbankan Eropa Credit Suisse mengatakan, simpanan 61,2 miliar franc Swiss (69 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.014 triliun) telah meninggalkan bank dalam tiga bulan pertama tahun ini. Pengumuman itu disampaikan dalam laporam hasil keuangan terakhir menjelang penyelesaian penjualan paksa Credit Suisse ke pesaingnya sendiri, UBS.
Bank-bank sentral di seluruh dunia - termasuk Federal Reserve AS dan Bank of England - telah menaikkan suku bunga secara tajam karena mereka mencoba mengekang inflasi. Pergerakan tersebut telah merusak nilai portofolio besar obligasi yang dibeli oleh bank-bank ketika suku bunga rendah. Kondisi itu berkontribusi pada runtuhnya Silicon Valley Bank dan telah menimbulkan kekhawatiran tentang situasi di perusahaan lain.