REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pondok pesantren semakin banyak diminati oleh para orang tua, yang ingin menitipkan anaknya untuk belajar ilmu agama. Keberadaan pondok pesantren pun semakin menjamur, baik pesantren salafi maupun modern.
Namun, munculnya kasus-kasus di pesantren juga tidak bisa ditampik semakin mencoreng nama pesantren. Orang tua harus lebih selektif dalam memilih dan memilah pesantren untuk pendidikan putra-putrinya.
Menurut Ketua Pengurus Besar Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Mursyidah Thahir, penting bagi orang tua terlibat dan paham. Bila perlu kata dia, lihat juga produk dari lulusan pesantren yang akan ditempati oleh anaknya.
“Lihat produknya, lihat alumni-alumninya seperti apa. Pesantren Gontor dan Tebuireng di Jawa Timur misalnya, Insya Allah, produk-produk yang sudah dilahirkan dari para santri di sana itu bagus-bagus, berkualitas, tidak neko-neko,” kata Mursyidah dalam sambungan telepon, Selasa (25/4/2023)
“Mereka juga (alumnus) mengikuti tata cara beribadah yang diajarkan Rasulullah secara turun-temurun. Tidak menyimpang,” ujarnya seraya menyinggung soal kejadian viral baru-baru ini terkait sholat Idil Fitri yang digelar di Pesantren Az-Zaitun Indramayu.
Menurutnya, untuk mendapatkan keafdhalan sholat adalah dengan mengikuti tata cara sholat berjamaah yang diajarkan Rasulullah SAW. Bahwa dalam berjamaah antara laki-laki dan perempuan, barisan pertama diisi oleh jamaah laki-laki dewasa dan barisan kedua apabila ada anak kecil diisi oleh jamaah laki-laki anak-anak, kemudian jamaah anak- anak perempuan, lalu terakhir jamaah perempuan dewasa.