Selasa 25 Apr 2023 15:37 WIB

Pemilih Kritis Turun, SMRC Sebut PDIP Masih Partai Teratas

SMRC sebut pemilih kritis turun sedangkan PDIP masih berada di urutan teratas.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Bilal Ramadhan
Saiful Mujani memaparkan hasil survei SMRC di channel Youtube SMRC TV,
Foto: istimewa/tangkapan layar
Saiful Mujani memaparkan hasil survei SMRC di channel Youtube SMRC TV,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengatakan, proporsi dukungan terhadap partai-partai di parlemen dan yang telah lolos verifikasi KPU tidak berubah signifikan. Menurut dia, berdasarkan survei dengan metode random digit dialing (RDD) menunjukkan bahwa urutan partai-partai teratas masih sama dibandingkan 2019.

Dia mengatakan, dalam survei yang ada, pihaknya bertanya pada sejumlah responden jika pemilihan anggota DPR dilakukan hari ini mana yang akan dipilih. “Ada 18 partai yang sudah lolos verifikasi KPU. Dan posisi pertama saat ini masih PDIP 16,1 persen dan Gerindra 11,7 persen,” kata Saiful Mujani dalam keterangan video dikutip Selasa (25/4/2023).

Baca Juga

Untuk posisi lainnya pun ia sebut tak berbeda jauh. Di posisi ketiga, ada Golkar dengan tingkat pemilih survei sekitar 8,7 persen, lalu PKB sekitar 6,1 persen dan Demokrat 5,1 persen. Khusus partai pengusung Anies Baswedan, Nasdem, memiliki tingkat pemilih kritis 4,9 persen dan PKS 4,4 persen.

"Lainnya di bawah empat persen,” jelas dia.

Terpisah, undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pemilih parpol, disebutnya ada di angka 31,2 persen responden. Jumlah itu, turun dibanding 2020 April lalu yang berkisar 44,4 persen.

“Kecenderungan penurunan ini wajar karena mendekati pemilu. Biasanya undecided voters sudah semakin menurun jumlahnya jelang pemilu,” tutur dia.

Mujani menegaskan, dilihat dari elektabilitas dan membandingkannya dengan 2019 silam, proporsi dukungan terhadap partai tidak berbeda jauh dan belum ada perubahan signifikan. Apalagi, tiga partai terbesar masih ditempati PDIP, Gerindra dan Golkar.

Mujani memaparkan, survei yang dilakukan SMRC merupakan serangkaian survei nasional yang dikumpulkan dengan metode telpon dan tatap muka. Khusus pemilih kritis dilakukan dengan telpon, mengingat populasi pemilih kritis merupakan WNI berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki ponsel.

“Pemilih kritis ada sekitar 80 persen dari populasi pemilih nasional,” kata dia.

Meski demikian, dalam proses pemilihan responden, dia lakukan metode random digit dialing (RDD) yang merupakan cara memilih sample melalui proses pembangkitan nomor secara acak. Dari metode yang ada, terpilih secara acak sekitar 16.704 responden, dan ada sekitar 1.984 responden yang berhasil diidentifikasi sebagai ciri yang ada.

“Tapi dari jumlah itu, ada sebanyak 831 responden yang berhasil diwawancara hingga selesai. Margin of error diperkirakan +- 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen,” tutur dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement