Selasa 25 Apr 2023 16:19 WIB

Bank Dunia: Inflasi Tinggi Terjadi di Hampir Semua Negara Berpenghasilan Rendah-Menengah

Inflasi tinggi terjadi di hampir semua negara berpenghasilan rendah dan menengah

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
sukarelawan menyiapkan jatah makanan darurat untuk orang-orang yang terkena dampak konflik di tengah kerawanan pangan, di provinsi Amran, Yaman, 08 Desember 2022 (diterbitkan 12 Desember 2022). Yaman yang dilanda konflik mengalami salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan sekitar 23,4 juta orang dari 30 juta penduduknya bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup, termasuk 4,3 juta pengungsi, karena konflik yang menghancurkan selama delapan tahun, menurut perkiraan oleh badan bantuan PBB.
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
sukarelawan menyiapkan jatah makanan darurat untuk orang-orang yang terkena dampak konflik di tengah kerawanan pangan, di provinsi Amran, Yaman, 08 Desember 2022 (diterbitkan 12 Desember 2022). Yaman yang dilanda konflik mengalami salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan sekitar 23,4 juta orang dari 30 juta penduduknya bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup, termasuk 4,3 juta pengungsi, karena konflik yang menghancurkan selama delapan tahun, menurut perkiraan oleh badan bantuan PBB.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Dunia merilis laporan tentang meningkatnya kerawanan pangan pada Senin (24/4/202). Laporan itu menyatakan, inflasi harga pangan domestik tetap tinggi di seluruh dunia.

“Informasi dari bulan terakhir antara Desember 2022 dan Maret 2023 yang tersedia data inflasi harga pangan menunjukkan inflasi tinggi terjadi di hampir semua negara berpenghasilan rendah dan menengah," ujar laporan Bank Dunia dikutip dari Anadolu Agency.

Bank Dunia menjelaskan, tingkat inflasi lebih dari lima persen di 70,6 persen negara berpenghasilan rendah. Kemudian 90,9 persen negara berpenghasilan menengah ke bawah dan 87,0 persen negara berpenghasilan menengah ke atas dan banyak yang mengalami inflasi dua digit.

Selain itu, 84,2 persen negara berpenghasilan tinggi mengalami inflasi harga pangan yang tinggi. Negara-negara yang paling terpukul di Afrika, Amerika Utara, Amerika Latin, Asia Selatan, Eropa, dan Asia Tengah.

Menurut Bank Dunia, setelah Rusia meluncurkan perang di Ukraina, kebijakan terkait perdagangan yang diberlakukan oleh negara-negara telah melonjak. Krisis pangan global diperparah dengan meningkatnya jumlah pembatasan perdagangan pangan yang diberlakukan oleh berbagai negara. Sebanyak 23 negara menerapkan 29 larangan ekspor pangan dan 10 negara menerapkan 14 tindakan pembatasan ekspor per 13 Maret.

Lembaga keuangan itu mengatakan, produksi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah terus meningkat pada 2022. Tahun tersebut merupakan tahun penting untuk dimulainya kembali komitmen investasi infrastruktur swasta.

Asia Timur, Pasifik, Amerika Latin, Karibia, dan Asia Selatan mengalami pengembalian ke tingkat investasi pra-pandemi. Namun Eropa dan Asia Tengah mengalami komitmen investasi yang lebih rendah karena perang di Ukraina dan krisis energi terkait.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement