Rabu 26 Apr 2023 01:00 WIB

BMKG: Gempa Mentawai Kurangi Potensi Megathurst Segmen Mentawai-Siberut

Konsentrasi energi yang tersimpang di segmen Mentawai-Siberut berkurang.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andri Saubani
Warga melakukan evakuasi mandiri pascagempa di Jl Bypass Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat, Selasa (25/4/2023). BMKG mengeluarkan peringatan potensi tsunami akibat gempa Magnitude 7,3 yang dimutakhirkan menjadi 6,9 di 177 km Barat Laut Kepulauan Mentawai pada Selasa (25/4/2023) pukul 03:00:57 WIB, sehingga sebagian besar warga di kota itu mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Warga melakukan evakuasi mandiri pascagempa di Jl Bypass Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat, Selasa (25/4/2023). BMKG mengeluarkan peringatan potensi tsunami akibat gempa Magnitude 7,3 yang dimutakhirkan menjadi 6,9 di 177 km Barat Laut Kepulauan Mentawai pada Selasa (25/4/2023) pukul 03:00:57 WIB, sehingga sebagian besar warga di kota itu mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa bumi magnitudo 7,3 berpusat di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat yang terjadi pada Selasa (25/4/2023) dini hari berada di zona megathrust. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menyebut gempa ini membuat potensi gempa 8,9 magnitudo di zona megatrust segmen Mentawai-Siberut yang diprediksi para ahli ini sedikit berkurang.

"Seperti kita ketahui sejak tahun 2016, di zona ini sudah sering kali terjadi gempa berkekuatan di atas 6 ya, sehingga tentu saja konsentrasi energi yang tersimpan itu sedikit banyak sudah berkurang," ujar Daryono dalam konferensi pers BMKG secara daring, Selasa (25/4/2023) pagi.

Baca Juga

Namun demikian, Daryono mengatakan, tidak mudah menghitung secara pasti pengurangan potensi gempa tersebut. Hal ini karena ketidakpastian hitungan ini cukup besar.

Akan tetapi kata dia, banyaknya gempa yang terjadi di zona tersebut tersebut dengan kekuatan di atas magnitudo 6 membuat potensi gempa sudah tidak lagi dengan kekuatan 8,9.

"Untuk menghitung secara absolut itu tidak mudah ya dan tidak bisa dihitung dengan nilai yang pasti, karena ketidakpastian hitungan ini cukup besar. Tetapi yang pasti dengan banyaknya gempa berkekuatan 6 maka potensi itu sudah tidak lagi 8,9," ujar Daryono.

Daryono menambahkan, gempa yang terjadi Selasa dini hari tadi merupakan rangkaian gempa signifikan yang telah terjadi sejak tahun 2016, 2018 dan 2019. Sehingga potensi gempa di zona Siberut-Mentawai sebelumnya 8,9 magnitudo maka potensinya berkurang karena masih terus terjadi gempa berkekuatan di atas 6.

"Itu sudah berkekuatan 6 dan ini bisa mengurangi konsentrasi energi rilis sehingga potensi yang tersimpan dipastikan berkurang karena rangkaian berkekuatan 6 sudah keluar," ujarnya.

Gempabumi berskala magnitudo 7.3 telah terjadi di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Selasa (25/4/2023) pada pukul 03.00 WIB. Gempa yang berpusat di 0.93 LS dan 98.39 BT pada kedalaman 84 kilometer itu sempat diikuti dengan peringatan dini tsunami, yang kemudian  pada akhir pada pukul 05.17 WIB oleh BMKG.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement