REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, membuka peluang menarik apabila final kompetisi Liga Champions bisa dimainkan di luar Benua Biru. Keputusan itu tentu tak terlepas dari ekspansi industri sepak bola modern.
Liga Champions memiliki nilai khusus bagi setiap pesepak bola dunia. Selain bermimpi menjuarai trofi Piala Dunia bersama tim nasional, setiap 'seniman kulit bundar' berhasrat ingin memiliki gelar Si Kuping Lebar.
Bahkan, partai final Liga Champions adalah acara sepak bola yang paling banyak ditonton di seluruh dunia setiap tahunnya. Karena itu, UEFA ingin melebarkan sayap ke belahan dunia dengan mengeruk lebih banyak atensi publik untuk menyaksikan kemegahan dan kemewahan kompetisi Si Kuping Lebar.
Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, tidak menutup kemungkinan untuk menggelar final Liga Champions di luar Benua Biru. "Pertandingan Liga Champions dimainkan di Amerika Serikat? Itu mungkin. Kami bisa memulai membahas tentang itu," kata Ceferin kepada Men in Blazers dilansir akun resmi Fabrizio Romano, Selasa (25/4/2023).
Format Liga Champions saat ini adalah pertandingan kandang-tandang antar kedua lawan hingga memasuki babak semifinal sebelum menuju partai final yang digelar di kota tertentu selepas undian awal.
Liga Champions 2022/2023 yang merupakan edisi ke-68 ini akan menggelar partai final di Stadion Olimpiade Ataturk, Istanbul, Turki. Sedangkan Liga Champions musim depan akan melangsungkan final di stadion legendaris Wembley, Inggris.
"Tahun 2025, finalnya di Munich. Setelah itu, mari kita lihat," ujar Cerefin.
Ajang unjuk kekuatan antar klub top Eropa ini awalnya bernama Piala Eropa. Piala Champions Eropa alias Piala Eropa bergulir sejak 1955 sebelum dilakukan perubahan format pada tahun 1992.
Real Madrid merupakan klub terukses sepanjang sejarah kompetisi Liga Champions dengan catatan 14 trofi.