REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Orang-orang Arab jahiliyah mempercayai bahwa kesialan akan menimpa orang-orang yang menikah pada bulan Syawal. Apa alasannya? Dalam Dalil Al Falihin, Muhammad bin Allan Al Shiddiqi menjelaskan bahwa nama bulan Syawal berasal dari Saya lat al ibil artinya seekor unta yang mengangkat ekornya. Begitu juga penjelasan Ibnu Mansur dalam Lisanul Arab yang mengatakan Syawal itu berasal dari Syalat an naqbah bi dzanabiha atau unta betina yang menegakkan ekornya. Maksudnya unta-unta betina pada bulan tersebut memiliki kecenderungan enggan didekati atau dikawini oleh unta-unta jantan.
Penanaman bulan Syawal tersebut juga disandarkan pada sebuah fenomena yang biasa terjadi pada bulan tersebut yakni hewan-hewan unta mengalami produksi susu yang menurun atau lebih sedikit dibanding bulan-bulan lainnya. Karena itu Syawal atau Syawwal berarti kurang. Maksudnya orang-orang Arab kekurangan susu karena produksi susu unta yang menyusut di bulan tersebut. Menyusutnya susu unta tersebut dipengaruhi ketersediaan rumput hijau yang menipis karena teriknya cuaca di bulan itu.
Dari itu semua, orang-orang Arab jahiliah beranggapan bahwa Syawal itu bulannya sial untuk melakukan melakukan berbagai hal termasuk menikah, memulai usaha dan lainnya. Bahkan orang-orang Arab jahiliah memilih untuk menyimpan senjatanya dan tak mau berperang di bulan tersebut karena akan mendatangkan kesialan atau kekalahan.
Namun demikian setelah Rasulullah SAW diutus, rasul justru mematahkan anggapan orang Arab jahiliah yang meyakini Syawal itu membawa kesialan. Rasulullah SAW menunjukan keberkahan bulan Syawal untuk melakukan berbagai urusan seperti pernikahan hingga perang.
Dalam catatan sejarah, pada bulan Syawal, ada beberapa peperangan yang terjadi pada bulan Syawal di antara adalah perang Uhud pada pada tanggal 17 Syawal tahun ke-3 H, perang Khandaq/Ahzab pada tahun ke-5 H, dan perang Hunain pada tahun ke-8 H. Rasulullah SAW pun menikah pada bulan Syawal.
عن عَائِشَة رَضِيَ اللَّه عَنْهَا قَالَتْ: تَزَوَّجَنِي رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّال، وَبَنَى بِي فِي شَوَّال، فَأَيّ نِسَاء رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْده مِنِّي؟ قَالَ: وَكَانَتْ عَائِشَة تَسْتَحِبّ أَنْ تُدْخِل نِسَاءَهَا فِي شَوَّال.
Dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan mulai mencampuriku juga di bulan Syawal, maka istri beliau manakah yang kiranya lebih mendapat perhatian besar disisinya daripada aku? Salah seorang perawi berkata, Dan Aisyah merasa senang jika para wanita menikah di bulan Syawal. (HR Muslim dan at-Tirmidzi).