Rabu 26 Apr 2023 13:05 WIB

Imam Al Ghazali: Nafsu Bisa Jadi Seperti Firaun dan Anak Kecil Cengeng

Perlu bagi kamu untuk selalu menyalahkan dan mencela nafsu.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Imam Al Ghazali: Nafsu Bisa Jadi Seperti Firaun dan Anak Kecil Cengeng
Foto: AP/Thibault Camus
Imam Al Ghazali: Nafsu Bisa Jadi Seperti Firaun dan Anak Kecil Cengeng

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali yang dikenal sebagai Imam Al Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin menjelaskan nafsu saat mendapat nikmat bisa menjadi seperti Firaun yang lupa diri. Sebaliknya, saat nafsu ditimpa suatu musibah bisa menjadi seperti anak kecil yang cengeng atau mudah menangis meraung-raung.

Imam Al-Ghazali menggambarkan nafsu, ia mengatakan bahwa berkaitan dengan nafsu maka perlu bagi kamu untuk selalu menyalahkan dan mencela nafsu. Kamu bisa mengenali kenakalan nafsu kamu dari kehidupan kamu sehari-hari.

Baca Juga

Beberapa kecenderungan jahat dari nafsu adalah pikiran salah dan kotor, aktivitas antisyariat, bertingkah lebih buruk dari binatang di saat nafsu syahwat, dan kemarahan memuncak.

Nafsu juga ada yang ketika ditimpa suatu musibah, bertingkah laku seperti anak kecil menangis meraung-raung. Sebaliknya, ketika mendapatkan nikmat bertingkah seperti Firaun yang lupa diri.

Pada saat lapar, nafsu seperti orang gila. Ketika nafsu kenyang, seperti seseorang yang angkuh. Jika kamu mengenyangkan nafsu, maka nafsu itu akan menjadi kegirangan. Sebaliknya, jika kamu membuat nafsu kelaparan maka ia akan berteriak dan berduka.

Seorang bijak menggambarkan kondisi nafsu itu sebagai berikut. "Nafsu itu bagaikan keledai jahat, jika kamu membuatnya kenyang, ia akan menyerang manusia, dan jika lapar ia meraung-raung."

Ada seorang saleh berkata, nafsu yang jelek dan durhaka ini begitu licik dan angkuh saat siap untuk berbuat dosa atau memenuhi hasrat syahwat. Nafsu itu tidak akan pernah menghentikan niat untuk bermaksiat meski kamu berusaha keras mencoba berhenti dari perbuatan dosa itu karena ingat Allah atau karena kamu ingat akan beratnya siksa kubur, hari pengadilan Allah, surga dan neraka, serta lain-lain.

Imam Al-Ghazali menggambarkan nafsu, ia menjelaskan, kamu bisa mencoba kekejian nafsu itu dengan memberinya sepotong roti, lalu kamu tahan sepotong roti lainnya jangan diberikan lagi. Mungkin ini akan mengurangi kerakusan dan membuat syahwat kamu tertahan.

Maka jangan kamu lalai dengan nafsu, sebab nafsu itu cenderung kepada keburukan seperti difirmankan Allah Yang Maha Tahu tentangnya dan Yang Maha Tinggi keagungan-Nya.

۞ وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Artinya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanya. (QS Yusuf: 53)

Ayat ini cukup menjadi peringatan bagi orang yang menggunakan akalnya. Hal ini dijelaskan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement