REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Serangan darat oleh Taliban menewaskan milisi ISIS yang mempelopori pemboman bunuh diri di bandara Kabul pada Agustus 2021. Serangan itu membunuh 13 tentara Amerika Serikat (AS) dan sekitar 170 warga Afghanistan selama penarikan pasukan yang kacau dari Afghanistan.
AS dan Taliban awalnya tidak menyadari bahwa dalang serangan itu telah tewas. Dia mati dalam serangkaian pertempuran awal bulan ini di Afghanistan selatan antara Taliban dan afiliasi ISIS.
Tapi dalam beberapa hari terakhir, menurut pejabat senior pemerintahan, intelijen AS mengonfirmasi dengan keyakinan tinggi, bahwa pemimpin ISIS itu telah terbunuh. Juru bicara Pentagon Patrick Ryder mengeluarkan pernyataan pada Selasa (25/4/2023), mengonfirmasi bahwa komplotan itu telah dibunuh oleh Taliban.
“AS tidak terlibat dalam operasi ini,” kata Ryder.
Selama akhir pekan, militer AS mulai memberi tahu orang tua dari 11 Marinir, pelaut, dan prajurit yang gugur dalam ledakan di Abbey Gate. Mereka membagikan informasi tersebut dalam obrolan pesan grup pribadi.
Ayah dari salah satu Marinir mengatakan, kematian pembunuh putranya tidak memberikan banyak kenyamanan. "Apa pun yang terjadi, itu tidak akan mengembalikan Taylor dan saya mengerti itu," kata Darin Hoover yang merupakan ayah dari Darin Taylor Hoover.
“Satu-satunya hal yang dapat saya dan ibunya lakukan sekarang adalah menjadi advokat untuknya. Yang kami inginkan hanyalah kebenaran. Dan kami tidak mendapatkannya. Itu bagian yang membuat frustrasi," ujar Hoover.
Hoover mengatakan, dia dan ibu putranya, Kelly Henson, telah menghabiskan satu setengah tahun terakhir berduka atas kematian anaknya. Mereka berdoa untuk pertanggungjawaban dari pemerintahan Joe Biden untuk penanganan penarikan tersebut.
Menurut Hoover, Marinir hanya memberikan informasi terbatas kepadanya dan tidak mengidentifikasi pemimpin ISIS atau memberikan keadaan kematiannya. Pejabat AS menolak untuk memberikan banyak detail karena kepekaan dalam pengumpulan intelijen.
Hoover adalah salah satu dari 12 keluarga Gold Star yang tetap berhubungan sejak pengeboman, saling mendukung dan berbagi informasi melalui obrolan perpesanan. Obrolan itu dibuat oleh Cheryl Rex, ibu dari Marine Lance Dylan Merola yang juga gugur dalam ledakan itu.
Anggota militer yang gugur termasuk di antara pasukan yang menyaring ribuan warga Afghanistan untuk naik ke salah satu penerbangan ke luar negeri pada 26 Agustus 2021. Adegan putus asa dengan cepat berubah menjadi horor ketika seorang pembom bunuh diri menyerang. ISIS mengaku bertanggung jawab.