REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Profesor Riset Astrononmi-Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin memberikan klarifikasi atas komentarnya di akun Facebook yang banyak di-screenshoot dan bertebaran di media sosial.
“Banyak yang salah faham terkait dengan tanggapan saya di FB (Facebook) yang viral screenshoot-nya. Berikut saya sampaikan kronologinya,” kata Thomas dalam unggahannya di akun blog Wordpress pribadinya, Rabu (26/4/2023).
Thomas mengatakan pada 22 April 2023 memuat status Facebook yang merujuk pada tulisan di blognya.
Dua pertanyaan yang ditanyakan setelah sidang itsbat kemarin, 20 April 2023.
1. Mengapa dengan hilal yang tidak mungkin dirukyat, masih dilaksanakan kegiatan rukyat di banyak titik?
2. Mengapa perlu diadakan sidang itsbat sementara beberapa tokoh Muhammadiyah mengusulkan sidang itsbat ditiadakan. Ini jawaban saya. https://tdjamaluddin.wordpress.com/.../menjawab.../.
Thomas menyebut, atas status tersebut, ada banyak komentar, salah satunya dari Aflahal.
"Akhirnya, hanya tanya, kurang bijaksana apa pemerintah kita? Di tengah perbedaan yang melanda, sebab seglintir umat Islam memilih teguh berbeda, pemerintah jua masih menyeru semua bertenggang rasa," ujar akun Aflahal Mufadilah.
Pertanyaan itu ditanggapi Thomas. "Ya. Sudah tidak taat keputusan pemerintah, eh masih minta difasilitasi tempat shalat Ied. Pemerintah pun memberikan fasilitas," tulis Thomas.
Dia mengatakan atas komentar Aflahal tersebut, dia menanggapi dengan pernyataan umum berdasarkan fakta dan berita yang beredar di media tanpa tendensi apa pun.
Menurutnya, komentarnya itu berdasarkan fakta, bahwa Muhammadiyah memang tidak taat pada keputusan pemerintah atau tidak ikut pemerintah, dengan menyatakan Idul Fitri lebih dahulu.
Thomas melanjutkan pernyataanya itu terkait dengan ujaran dari Muhammadiyah sendiri soal 'negara harus hadir', 'memberikan fasilitas' yang menurutnya pernyataan itu bermakna 'minta difasilitasi oleh negara/pemerintah'. Lalu, pemerintah pun memberikan fasilitas.
“Semoga jelas dan tidak ada persepsi seolah saya memojokkan Muhammadiyah,” kata Thomas.