REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (25/4/2023) mengatakan bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa mengeksploitasi isu Ukraina dan mengalihkan perhatian negara-negara berkembang dari masalah Timur Tengah.
Pada sidang sidang Dewan Keamanan PBB tentang situasi di Timur Tengah, dia mengatakan bahwa AS dan Eropa mencoba mengancam negara-negara berkembang dan mengatakan "jika kita mengalahkan Rusia, segalanya akan terselesaikan dengan sendirinya".
Lewat pengalihan isu tersebut, kata dia, krisis-krisis yang berusaha diselesaikan oleh negara-negara berkembang menjadi korban "kemunafikan dan insting kolonial Barat, yang terobsesi dengan kepentingan egois untuk memaksakan tuntutannya ke seluruh dunia".
Lavrov menyebut Kuartet Timur Tengah--inisiatif internasional oleh Rusia, AS, PBB dan EU untuk mencari penyelesaian konflik Israel-Palestina--telah menjadi korban tindakan tersebut.
Dia meminta PBB untuk mematuhi keputusan Dewan Keamanan, terutama yang berkaitan dengan penyelesaian Israel-Palestina.
"Kami juga meminta Sekretaris Jenderal PBB (Antonio Guterres) agar lebih proaktif menjalankan tugasnya sebagai moderator Kuartet, tanpa menunggu izin," kata Lavrov.
Dia juga menyerukan kepada Israel dan Palestina untuk menghentikan tindakan sepihak yang membahayakan kemungkinan terwujudnya solusi dua negara.
"Dengan penyesalan dan keprihatinan mendalam, kami menyatakan bahwa masalah Palestina tetap jauh dari kemajuan positif," katanya.
Dia menambahkan bahwa negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB perlu meningkatkan perhatian terhadap eskalasi konflik Arab-Israel.
Lavrov mengatakan Rusia menyambut perubahan positif di kawasan itu, khususnya pemulihan hubungan bilateral Iran-Arab Saudi yang dimediasi Cina.
Dia mengatakan saat ini adalah waktu yang tepat bagi Barat untuk merespons Majelis Umum PBB tentang resolusi yang disabotase di Dewan Keamanan.
Dia menambahkan bahwa AS dan sekutunya berusaha mati-matian "agar setiap kali hak veto digunakan dalam masalah apa pun di Dewan Keamanan, masalah itu (kemudian) diperdebatkan di Majelis Umum PBB".
"Kami tidak keberatan meski ide itu secara terbuka menentang Rusia. Tak ada yang kami sembunyikan. Ketika kami menggunakan veto, kami dengan terang menjelaskan alasan di belakang itu. Kami tidak ragu mengulangi argumen kami di Majelis Umum," kata Lavrov.
Dia menambahkan bahwa veto adalah "hak yang tidak dapat dicabut" dan penggunaannya tidak melanggar Piagam PBB. Usai menghadiri sidang tersebut, Lavrov melakukan pembicaraan dengan mitra-mitranya dari Palestina dan Arab Saudi.