REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN---Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut) mengingatkan masyarakat agar mengurangi asupan cairan dingin, termasuk air minum, saat cuaca lingkungan terasa panas.
"Suhu badan kita ada di kisaran 36 derajat Celcius. Jadi, ketika dimasukkan air dingin, itu seperti timah panas disiram air. Tidak semua tubuh manusia bisa menerima itu," ujar Kepala Seksi Pelayanan Primer Dinas Kesehatan Sumut dr Yulia Mariani.
Menurut Yulia, jika memang ingin mengonsumsi minuman dingin, sebaiknya cairan itu bersuhu tidak kurang dari suhu kamar yakni 20-25 derajat Celcius.
Meski demikian, dia tetap menyarankan supaya masyarakat mengonsumsi banyak air minum saat suhu cuaca panas. BMKG sempat mencatatkan peningkatan suhu harian di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Sumatera Utara.
Pada periode 11-20 April 2023, misalnya, suhu panas di kisaran 36 derajat Celcius terdapat di beberapa unit kerja BMKG, salah satunya Stasiun Geofisika Deli Serdang dengan suhu 36,2 derajat Celcius. "Untuk orang dewasa, harus bisa mengatur asupan minumnya biar jangan kurang. Namun, untuk anak-anak harus dibantu dan terus diingatkan," kata Yulia.
Dia melanjutkan, di negara beriklim tropis seperti Indonesia, suhu yang tinggi justru dapat mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) karena udara cenderung lembab.
"Daerah tropis yang lembab bisa menyebabkan flu, batuk dan pilek yang dapat berubah menjadi ISPA. Kalau sudah begitu, harus mendapatkan perawatan dokter," tutur Yulia.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Sumut drg Sumihar menambahkan, untuk mengantisipasi dampak dari suhu panas, masyarakat mesti menjaga daya tahan tubuh dengan meminum vitamin.
Lalu, masyarakat harus mampu menilai kondisi tubuh sendiri. Kalau kerongkongan terasa kering, perbanyak minum. Misalnya terus berlanjut dengan gejala lebih buruk, contohnya demam, segera berobat. "Kalau berobat bisa ke puskesmas," ujar Sumihar.