REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Untuk pertama kalinya sejak 1980-an, kapal selam rudal balistik bersenjata nuklir (SSBN) Angkatan Laut AS akan mengunjungi Korea Selatan. Langkah ini bertujuan untuk membantu menunjukkan tekad Washington melindungi Korea Selatan dari serangan Korea Utara.
Kunjungan tersebut diumumkan dalam deklarasi bersama selama pertemuan puncak antara Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol dan Presiden AS Joe Biden di Washington pada Rabu (26/4/2023). SSBN milik Angkatan Laut AS mengandalkan kerahasiaan dan siluman, serta menjaga kemampuan mereka untuk meluncurkan rudal nuklir selama perang. Sejauh ini, kapal selam itu jarang berhenti di pelabuhan asing.
“Itu bisa menjadi tekanan besar pada Korea Utara, karena biasanya mereka tidak berbagi di mana kapal selam itu berada,” kata pensiunan kapten kapal selam dan pemimpin skuadron Korea Selatan, Moon Keun-sik.
Amerika Serikat telah berjanji untuk mengerahkan lebih banyak aset strategis seperti kapal induk, kapal selam, dan pembom jarak jauh ke Korea Selatan. Langkah ini bertujuan untuk mencegah Korea Utara, yang telah mengembangkan rudal balistik antarbenua, yang dapat mencapai target hingga ke daratan Amerika Serikat.
"Jika SSBN AS berkunjung dan berlabuh di Korea Selatan, itu sangat tidak biasa dan simbolis ... AS ingin menunjukkan bahwa hal itu akan menjadi pencegahan yang lebih kuat dengan cara yang terlihat dan untuk menenangkan kekhawatiran warga Korea Selatan," ujar pensiunan kapten kapal selam Korea Selatan, Choi Il, kepada Reuters.
Angkatan Laut AS menerjunkan 14 SSBN, atau yang kerap disebut sebagai "boomer". Masing-masing kapal selam kelas Ohio membawa 20 rudal Trident II D5, yang masing-masing dapat mengirimkan hingga delapan hulu ledak nuklir ke sasaran sejauh 12.000 kilometer. Kunjungan reguler SSBN ke Korea Selatan terjadi pada 1970-an, ketika Korea Selatan memperdebatkan kekuatan komitmen AS dan perlunya persenjataan nuklirnya sendiri.
"Selama beberapa tahun para boomer datang dengan kecepatan tetap, hampir setiap bulan, terkadang 2-3 kunjungan per bulan. Kemudian, pada tahun 1981, kunjungan berhenti dan para boomer belum kembali (ke Korea Selatan) sejak itu," ujar penulis laporan Federasi Ilmuwan Amerika, Hans Kristensen.
Tidak ada perincian lebih lanjut yang tentang kunjungan kapal selam nuklir AS ke Korea Selatan Seorang pejabat senior AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, kunjungan itu akan menjadi bagian dari perjalanan yang lebih sering ke Semenanjung Korea bersama dengan aset strategis. Tetapi tidak ada rencana untuk penempatan reguler di Korea Selatan.