Kamis 27 Apr 2023 18:01 WIB

Usai Temui Pimpinan Pesantren Al Zaytun, Ini Sikap Kemenag Indramayu

Kemenag Indramayu menilai Pesantren Al Zaytun tetap memiliki hujjah.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Usai Temui Pimpinan Pesantren Al Zaytun, Ini Sikap Kemenag Indramayu. Foto:   Sejumlah pejabat Kemenag Kabupaten Indrmaayu saat bersilaturahim dengan Pimpinan Mahad Al-Zaytun Indramayu, Rabu (26/4/2023).
Foto: Dok. Kemenag Kabupaten Indramayu
Usai Temui Pimpinan Pesantren Al Zaytun, Ini Sikap Kemenag Indramayu. Foto: Sejumlah pejabat Kemenag Kabupaten Indrmaayu saat bersilaturahim dengan Pimpinan Mahad Al-Zaytun Indramayu, Rabu (26/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU – Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Indramayu menghargai pelaksanaan sholat Idul Fitri 1444 H di Mahad Al-Zaytun Indramayu. Meski demikian, Kemenag Indramayu tetap mengikuti sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Hal itu disampaikan Kasubag TU Kantor Kemenag Kabupaten Indramayu, Aan Fathul Anwar, usai bersilaturahim dengan Pimpinan Mahad Al-Zaytun, Syekh Panji Gumilang. Silaturahim itu dilaksanakan di Mahad Al-Zaytun pada Rabu (26/4/2023).

Baca Juga

‘’Kami sangat menghargai keberadaan Mahad Al-Zaytun dan pelaksanaan sholat Idul Fitri tersebut karena mereka juga punya hujah, argumentatif dan dasar hukum yang jelas,’’ kata Aan, saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (27/4/2023).

Aan menyatakan, Kemenag memberikan kebebasan kepada semua umat Islam untuk menjalankan ajaran agama sesuai keyakinan dan mahzab yang mereka yakini. Namun intinya, pelaksanaan ajaran agama itu tidak merugikan orang lain dalam beribadah kepada Allah SWT.

‘’Selagi tidak melanggar aturan yang qoth’i, kita berikan kebebasan,’’ tegas pria yang juga menjabat sebagai Ketua DKM Masjid Agung Indramayu tersebut.

Meski demikian, lanjut Aan, pandangan Kemenag terhadap pelaksanaan sholat Idul Fitri di Mahad Al-Zaytun tetap merujuk pada sikap MUI. Dia menyebutkan,  berdasarkan penjelasan dari Pengurus MUI Pusat, KH Marsudi Syuhud, bahwa sholat berjamaah yang dilakukan jamaah laki-laki dan perempuan secara bercampur itu memang sah walaupun makruh.

‘’Kemenag merujuk pernyataan pengurus MUI bahwa sholat itu tetap sah walau ada kemakruhan,’’ kata Aan.

Aan berharap, ke depan masyarakat bisa hidup tenang dalam beragama dan tidak ada hiruk pikuk yang menguras tenaga maupun pikiran. Dia pun mengajak semua pihak untuk membangun kesejahteraan dengan umat yang taat beribadah kepada Allah SWT. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement